Memanfaatkan Kekuatan Data di 2023: Lima Prediksi Utama tentang Operasi Data dan Infrastruktur Data
Oleh: Ming Sunadi*
Data telah menjadi sebuah bagian penting dari bisnis bagi berbagai industri, dimana bisnis-bisnis terus berupaya untuk menjadi data-driven, memanfaatkan data untuk bertahan serta dalam membuat keputusan dengan cepat. Pada Juli 2022, diperkiraan sebesar 2,5 quintillion byte data dihasilkan setiap harinya dari seluruh penjuru dunia. Menutup tahun ini, diperkirakan volume data di seluruh dunia akan mencapai angka 97 zettabyte. Memasuki tahun 2023, data akan semakin terus bertambah, hingga pada akhir tahun 2023, penggunaan data diperkiraan akan menyentuh angka 120 zettabyte, sedangkan proyeksi data perusahaan akan tumbuh rata-rata sebesar 42,2% per tahun.
Pada tahun-tahun mendatang, data akan terus tumbuh secara eksponensial karena digitalisasi terus mengubah pola kerja semua industri, termasuk industri manufaktur, layanan kesehatan, konsultasi, pemerintahan dan lainnya. Ada sejumlah tren dan insight penting yang perlu diwaspadai oleh sejumlah organisasi, terutama dalam perjalanan mereka dalam memanfaatkan kekuatan penuh data dan digitalisasi, serta, berusaha untuk menjadi bisnis yang digerakkan oleh data (data-driven). Tren tersebut adalah:
1. Percepatan transformasi digital mendorong urgensi DataOps
Digitalisasi adalah kunci bagi bisnis untuk terus kompetitif sepanjang tahun 2022, dan para bisnis akan terus melakukan digitalisasi dengan cepat di tahun 2023 dalam rangka memenuhi tantangan pendatang baru yang mengutamakan digitalisasi di sejumlah industri. Transformasi digital juga menjadi katalis implementasi DataOps, sebagai bagian dari perubahan di seluruh perusahaan. Selain itu, organisasi juga turut membangun model operasi data untuk memberikan pengalaman digital yang baru bagi para pelanggan mereka. Dengan implementasi DataOps, inovasi-inovasi menarik dapat dihadirkan oleh bisnis di semua industri, terutama bidang perbankan, teknologi, konsultasi, pemerintahan, telekomunikasi, asuransi, dan layanan kesehatan.
2. Konsep “everything-as-a-service” akan bertahan
Tren "everything-as-a-service" akan terus berlanjut, menyoroti peran teknologi komputasi awan (cloud) dalam mendefinisikan ulang hampir setiap industri dan aktivitas, dari yang paling rumit ke yang paling sederhana. Sejalan dengan prediksi sebelumnya, dengan maraknya konvergensi IT (teknologi informasi) dan OT (teknologi operasional), DataOps pada akhirnya akan melayani lebih banyak aplikasi, perangkat, algoritma, dan model pembelajaran mesin (machine learning / ML) yang saling terhubung yang mendorong pengalaman digital bagi konsumen atau pengguna.
3. AIOps dan penggunaan kecerdasan buatan untuk otomatisasi sistem IT
Sejumlah organisasi berupaya membuat infrastruktur canggih yang tidak terlihat, dan mempertimbangkan kemampuan yang memungkinkan infrastruktur IT yang dapat beroperasi dan mereparasi diri dengan sendirinya. Melalui program manajemen data yang kuat, pengumpulan data secara real-time dan kombinasi analitik data, didukung oleh AI dan ML, visi ini dapat dicapai, di mana organisasi dapat benar-benar memiliki infrastruktur yang dapat beroperasi sendiri.
4. Penekanan pada inteligensi dan kemampuan rasionalisasi data
Hingga baru-baru ini, data storage hanya berfokus pada penyimpanan data dengan baik. Melangkah ke tahun 2023, memahami data yang disimpan akan menjadi tantangan yang signifikan bagi organisasi untuk dapat membuat keputusan yang tepat dengan cepat. Optimalisasi data melalui kemampuan analitik operasional lanjutan akan semakin penting, menggabungkan analitik dan pengiriman pada spektrum penyimpanan data.
5. Perlindungan data menjadi perhatian utama
Dengan meningkatnya volume data dan jumlah organisasi yang memanfaatkan kekuatan data, kekhawatiran tentang perlindungan data akan terus meningkat di tahun yang akan datang. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatatkan pada 2021, ada lebih dari 1,6 miliar serangan siber di Indonesia. Sementara itu, data juga menunjukkan Indonesia menjadi target serangan ransomware terbesar kedua di Asia Tenggara. Masyarakat Indonesia juga semakin sadar akan risiko siber, dengan banyaknya serangan siber seperti ransomware dan phishing terhadap badan pemerintah dan perusahaan besar dalam satu tahun terakhir.
Terlebih lagi, DPR RI juga telah mengesahkan RUU Perlindungan Data Pribadi (PDP) pada September lalu. Dengan ini, kekhawatiran akan perlindungan data akan tetap ada, sementara para pelanggan akan mengharapkan organisasi untuk mengambil langkah-langkah tata kelola data yang diperlukan. Hal ini dilakukan untuk memberikan data yang tepat kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat, sambil tetap mematuhi undang-undang dan peraturan.
Terlepas dari bagaimana data digunakan dan dimanfaatkan, kemampuan untuk mengelola semua pasokan data secara real-time dan aman serta mengikuti tren dan prediksi akan sangat membantu operator pusat pemrosesan data secara efisien. Ke depannya, jika kapabilitas operator data di Indonesia terus berkembang, hal ini akan membuka segala macam peluang terbaik untuk era digitalisasi Tanah Air.
* Penulis adalah Country Manager Indonesia, Hitachi Vantara