Jakarta, Gatra.com - Ahli Psikologi Forensik Reni Kusuma Wardhani mengungkapkan profil Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. Reni mengatakan, profil tersebut pihaknya dapatkan dengan menarik simpulan dari sejumlah informasi konsisten yang mereka kumpulkan dari beberapa informan.
"Ada keterbatasan data untuk menarik simpulan profil pribadi Nofriansyah Yosua Hutabarat karena yang bersangkutan sudah meninggal dunia. Meskipun demikian, diperoleh informasi yang konsisten dari para informan mengenai beberapa hal. Inilah yang [akhirnya] kami simpulkan," ucap Reni, dalam persidangan lima terdakwa kasus pembunuhan Brigadir J, di PN Jakarta Selatan, Rabu (21/12).
Adapun, fakta-fakta di balik kepribadian Brigadir J, sebagaimana disimpulkan Reni, telah Gatra.com rangkum sebagai berikut:
1. Brigadir J Kecil Berkarakter Baik
Reni mengatakan, berdasarkan simpulan yang pihaknya dapatkan dari sejumlah informasi mengenai profil Brigadir J, ia dapat menyatakan bahwa Brigadir J selama masa kecil hingga masa remajanya merupakan pribadi yang baik, bahkan positif.
"Di masa kecil dan masa remaja, dia (Yosua) dikenal sebagai anak yang berkarakter baik, aktif dalam berbagai kegiatan dan positif dalam kegiatannya," ujar Reni, dalam persidangan tersebut.
Tidak hanya itu, Reni juga mengatakan bahwa secara umum, pihaknya tak menemukan riwayat perilaku Brigadir J yang termasuk ke dalam ranah pelanggaran peraturan. "Tidak dijumpai adanya riwayat tingkah laku Yosua dalam melanggar aturan, terlibat perkelahian dan penyalahgunaan Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif)," ungkapnya.
2. Rekam Jejak Positif Brigadir J di Kepolisian
Reni menyimpulkan sosok Brigadir J sebagai pribadi yang mampu bekerja dengan baik, selama kariernya sebagai seorang anggota kepolisian. Bahkan, ia pun dinilai layak untuk menjadi ajudan dari seorang pejabat tinggi Polri.
"Sebagai polisi, dikenal sebagai anggota yang cekatan, memiliki dedikasi, tidak pernah membantah dan patuh dan mampu bekerja dengan baik, dan layak direkomendasikan sebagai ADC pejabat tinggi kepolisian," ujar Reni.
"Didapatkan pula informasi [dari] teman-teman dan rekan kerja [yang] saling bersesuaian dan konsisten, bahwa awalnya Yosua dinilai dapat bekerja dan menjalankan peran ADC dengan baik," imbuh Reni.
3. Perubahan Sikap Brigadir J Setelah Jabat Karungga
Reni mengatakan, dalam analisisnya, ia dapat menyimpulkan adanya perubahan sikap yang Brigadir J tunjukkan setelah ia memiliki jabatan sebagai Kepala Rumah Tangga (Karungga) di antara bawahan Ferdy Sambo lainnya. Terlebih, ketika itu, ia ditugaskan untuk mendampingi Putri Candrawathi dalam berbagai kegiatannya.
Karungga sendiri merupakan suatu istilah di kalangan bawahan Sambo, yang merujuk pada sosok yang mengatur jalannya operasional rumah tangga mantan Kadiv Propam tersebut.
Reni manyatakan, menurut informasi yang berasal dari rekan kerja Brigadir J serta informan yang berasal dari Jambi, perubahan tersebut tampak pada penampilan Brigadir J.
"Penampilannya lebih mewah dibanding sebelumnya, menunjukan power dan dominasi terhadap ADC dan perangkat lain, berperilaku yang dinilai ada kalanya tidak selayaknya ADC, merasa lebih percaya dan lebih diistimewakan oleh Bu Putri, dan memiliki keberanian untuk menunda serta tidak melaksanakan perintah atasan, lebih mudah tersinggung dan merespons [dengan] kemarahan," tutur Reni.
Adapun Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dinyatakan tewas setelah peristiwa penembakan yang terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7) sore.