Peking, Gatra.com – Otoritas China mengatakan pada hari Rabu bahwa tidak ada satu orang pun warganya yang meninggal karena COVID-19 sebagaimana dilaporkan pada hari sebelumnya. Keputusan ini mengubah kriteria untuk mencatat kematian akibat virus, sehingga sebagian besar pasien yang ada tidak lagi dihitung.
AFP, Rabu (21/12) melaporkan, sejumlah rumah sakit, apotek, dan krematorium sempat dilaporkan kewalahan setelah keputusan mendadak pemerintah China bulan lalu untuk mencabut penguncian, karantina, dan pengujian massal selama beberapa tahun terakhir.
Namun pemerintah mengatakan pada hari Selasa bahwa hanya mereka yang meninggal secara langsung akibat gagal napas yang disebabkan oleh virus, yang akan dihitung dalam statistik kematian COVID-19.
Baca Juga: China Siapkan Tambahan Tempat Tidur RS akibat Lonjakan COVID-19
Sebelumnya, orang yang meninggal karena sakit saat terinfeksi virus dapat dihitung sebagai kematian akibat COVID-19. Cara mencatat kematian akibat COVID-19 ini menyumbang sejumlah besar kematian di negara tersebut.
“Saat ini setelah terinfeksi varian Omicron, penyebab utama kematian tetap penyakit yang mendasarinya,” kata Wang Guiqiang dari Rumah Sakit Pertama Universitas Peking, dalam konferensi pers Komisi Kesehatan Nasional (NHC).
“Orang tua memiliki kondisi lain yang mendasarinya, hanya sedikit yang meninggal langsung karena gagal napas, yang disebabkan oleh infeksi COVID-19,” tambahnya.
Baca Juga: Serangan Covid-19, China Kembali Lockdown Jutaan Warganya
“Kita tidak menghindari bahaya COVID-19. Pada saat yang sama kita perlu menilai bahaya COVID-19 secara ilmiah,” tambahnya.
Dari timur laut negara itu hingga barat daya, para pekerja krematorium mengatakan kepada AFP bahwa mereka berjuang untuk mengimbangi lonjakan kematian, yang belum dijelaskan secara pasti penyebabnya.
Beijing pekan lalu mengakui skala wabah telah menjadi "mustahil" untuk dilacak, setelah berakhirnya pengujian massal wajib.
Negara itu sebelumnya mencatat 3.049 kasus COVID-19 domestik baru pada Rabu, dengan nol kematian baru.
Secara resmi, ada 5.241 kematian akibat COVID-19 di China sejak dimulainya pandemi.
Baca Juga: China: Teori Kebocoran Lab Penyebab COVID-19 Suatu Kebohongan
Departemen Luar Negeri AS pada hari Senin mengatakan lonjakan infeksi di China telah menjadi perhatian internasional.
"Kami tahu bahwa setiap kali virus menyebar, berada di alam liar, memiliki potensi untuk bermutasi dan menimbulkan ancaman bagi orang di mana pun," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.
“Korban virus menjadi perhatian seluruh dunia mengingat ukuran PDB, menjadi tolak ukur ekonomi China,” katanya.