Bali, Gatra.com – Ketut Mulyani (41), ibu dari 3 anak tidak harus bolak-balik ke kali (sungai) untuk mencuci pakaian. Mulyani beserta 6 anggota keluarganya tidak perlu menampung air agar dapat mandi di esok paginya.
Kebutuhan akan air bersih kini sudah terpenuhi untuk Mulyani. Warga Desa Kasaman, Kecamatan Klungkung, Bali ini, bisa kembali mencuci di depan rumah. Untuk mandi juga tidak perlu bersusah payah.
"Senang sekali, airnya sudah lancar. Sekarang, mau nyuci kapan pun, mau pagi, siang, sore juga bisa, enggak perlu repot jalan dulu ke kali," kata Mulyani saat ditemui di rumahnya di kawasan Klungkung, baru-baru ini.
Baca Juga: Kemensos Ajak Masyarakat Tingkatkan Akurasi Data Kemiskinan
Sebelumnya, untuk mencuci baju saja, Mulyani harus berjalan sekitar 50 meter dari rumahnya dengan medan turunan menuju sungai. Untuk mandi, ia harus lebih dulu menampung air semalaman pada bak-bak besar agar satu KK dengan 7 jiwa itu bisa mandi pada esok harinya.
Ini disebabkan oleh sulitnya air yang mengalir ke rumahnya. Menurutnya, kondisi ini juga dialami sejumlah warga di sekitar tempat tinggalnya.
"Dulu, kondisi airnya susah, kadang macet. Hidupnya di jam-jam tertentu, itu pun kecil ngalirnya. Makanya, nyuci susah, masak susah, mandi juga harus nampung," katanya.
Hal serupa dirasakan guru SDN 1 Kamasan, Ni Nengah Ardini, yang tinggal di mess sekolah. Selama tinggal di sana, dia juga memantau aliran air di sekolah dalam satu tahun terakhir yang diakuinya tidak lancar.
"Air di sekolah itu mengalirnya kurang lancar. Pagi itu [airnya] enggak ngalir, paling siang, ngalirnya itu kira-kira jam 1 atau jam 2. Itu pun, kami tidak bisa menyalakan semua titik air atau kran yang ada, baik di WC maupun di wastafel, harus secara bergilir," kata Ardini saat ditemui di SDN 1 Kamasan.
Menurut Nengah, kebutuhan air di sekolahnya mengajar menjadi penting lantaran anak-anak usia SD perlu menjaga kebersihan sebelum dan sesudah beraktivitas di dalam kelas.
"Air itu pasti jadi kebutuhan utama setiap hari, baik anak-anak untuk BAB, buang air kecil. Namanya juga anak-anak, jika tidak ada air, mereka pasti tidak mau menyiram atau kumuhlah jadinya WC di sekolah. Ini juga demi kebersihan dan kesehatan anak-anak kami," ucap wanita asal Pulau Dewata ini.
Keresahan Mulyani dan Ardini terhadap air ini ditangkap Kemensos sebagai kebutuhan krusial warga yang harus segera dipenuhi.
Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam (PSKBSNA) Kemensos, Mira Riyati Kurniasih, mengatakan, dampak terhadap kebutuhan air yang tidak terpenuhi bisa menimbulkan konflik di tengah-tengah warga.
Untuk itu, Kemensos melalui Program Keserasian Sosial menyiapkan untuk kebutuhan air untuk warga di Desa Kamasan, Klungkung, Bali.
"Setelah kami lakukan survei dan asesmen ke lapangan, kami upayakan pemenuhan terhadap dua kebutuhan jenis air untuk warga dengan membangun instalasi air terpadu di Desa Kamasan," ucap dia.
Baca Juga: Mulai Kekeringan, Kemensos Bangun Instalasi Pengolahan Air Bersih di Gunungkidul
Dua jenis air itu, yakni air bersih yang dapat digunakan untuk MCK dan air minum yang dapat langsung dikonsumsi. Kapasitas instalasi air terpadu untuk air bersih debitnya 2 liter per detik yang dapat mengaliri hingga 200 KK dalam satu desa. Sedangkan untuk air minum mencapai 12.000 liter per hari atau dapat dikonversi menjadi 600 galon.
Pemenuhan kebutuhan air untuk warga Desa Kamasan ini, lanjutnya, dilaksanakan sebagai rangkaian Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2022 yang digelar 20 Desember di Klungkung, Bali.
"Ini merupakan rangkaian kegiatan besar Kemensos, salah satu kegiatan yang kami lakukan di sini. Sebenarnya, terkait dengan air bersih, tidak hanya di Bali, kami juga lakukan di Cilincing, sebelumnya juga ada di Gunungkidul," ujarnya.