Mataram, Gatra.com – Meski sektor pertanian diklaim bisa membuka lebih banyak lapangan pekerjaan dan memberikan pertumbuhan ekonomi terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB), namun sektor buruh tani juga disebut sebagai penyumbang kemiskinan di provinsi ini.
“Meski sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar lapangan pekerjaan di NTB, namun masih banyak buruh tani yang masuk kategori penduduk miskin ekstrem,” kata Fathul Gani, Kadis Pertanian Perkebunan NTB, Senin (19/12).
Baca Juga: Kisah Anak Buruh Tani Sukses Merengkuh Gelar Profesor di Banyumas
Menurutnya, buruh tani yang hanya sebagai pekerja sambilan atau serabutan. Buruh tani inilah yang banyak masuk dalam indikator angka kemiskinan ekstrem di NTB.
Ia menandaskan, buruh tani itu bekerja tidak hanya di sektor pertanian, tetapi di sektor lain. Pekerjaan sambilan itu yang dinilai sebagai penyumbang kemiskinan ekstrem oleh masyarakat.
Baca Juga: Buruh Tani PTPN Cinta Manis Tuntut Hak dan Selesaikan Sengketa Lahan
Gani menambahkan, produksi padi NTB tahun 2021–2022 meningkat mencapai 69 ribu ton. Ditambah nilai tukar petani (NTP) pada subsektor ketahanan pangan juga di atas 100 peren.
“Capaian NTP NTB merupakan sepuluh besar tertinggi di Indonesia. Untuk subsektor hortikultura NTB di atas 128 persen. Jadi keliru jika sektor pertanian penyumbang kemiskinan ekstrem, yang ada justru penyumbang lapangan kerja terbesar di NTB,” tandasnya.