Jakarta, Gatra.com – Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada September lalu. Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal menerangkan bahwa berdasarkan hasil penelitian CORE Indonesia, kenaikan BBM ini menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan.
“Indeks yang dibayar oleh nelayan pada saat dan setelah kenaikan harga BBM meningkat, dengan peningkatan terbesar terjadi pada sektor transportasi,” ucapnya dalam diskusi bertajuk Dampak Kenaikan BBM Subsidi Bagi Kelompok Nelayan Kecil dan Tradisional di Indonesia” yang digelar secara daring, Senin (19/12).
Faisal menerangkan bahwa pengeluaran nelayan untuk sektor transportasi pada September meningkat 7,16 % akibat kenaikan harga BBM. Hingga November 2022, indeks yang dibayarkan nelayan masih meningkat meskipun tidak setajam awal kenaikan BBM.
Nelayan tangkap menjadi salah satu yang paling terdampak akibat adanya perubahan harga BBM. Hal ini disebabkan sejumlah 60% dari total biaya produksi diperuntukkan untuk membeli bahan bakar kapal, terutama solar. Apalagi, 83,19% nelayan membeli bahan bakar solar secara eceran yang harganya jauh lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah dan mayoritas yang membeli adalah nelayan kecil.
Hasil survei CORE Indonesia turut menunjukkan bahwa pada umumnya, nelayan tetap membeli BBM dalam jumlah yang sama seperti sebelum kenaikan harga. Faisal menyebutkan bahwa meskipun di beberapa wilayah ada sebagian kecil nelayan yang menurunkan volume BBM-nya, namun 66% nelayan di wilayah Demak justru meningkatkan volume penggunaan BBM agar mendapat tangkapan lebih banyak.
“Nelayan mengkonsumsi volume BBM cenderung sama. Kalau harus mengurangi penggunaan BBM untuk berhemat, ini bisa berdampak pada berkurangnya hasil tangkapan. Kalau berkurang, otomatis pendapatan berkurang,” ucapnya.
Meskipun penggunaan volume BBM dan durasi melaut yang cenderung tetap, hasil tangkapan nelayan justru cenderung turun setelah harga BBM naik. Faisal menyatakan wilayah Demak, Semarang, Tangerang dan Gresik cenderung mengalami penurunan hasil tangkapan setelah adanya kenaikan harga BBM pada September lalu. Penurunan terbesar terjadi pada wilayah Gresik, yakni sebesar 67% nelayan mengalami penurunan hasil tangkapan.
“Umumnya hasil tangkapan tetap, tapi sebagian mengalami penurunan. Setelah ditanya, ternyata mereka mengalami penurunan tangkapan karena kenaikan harga BBM ini justru bertepatan dengan musim paceklik di berbagai daerah,” katanya.
Survey ini dilakukan pada 22 Oktober sampai 30 November di lima kota berbeda, yakni Demak, Semarang, Tangerang, Surabaya, serta Gresik. Total terdapat 21 responden nelayan dengan mayoritas responden adalah nelayan laki-laki.