Jakarta, Gatra.com - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menyoroti ancaman teror yang masih saja terjadi di Tanah Air. Terakhir, bom bunuh diri dilakukan oleh mantan narapidana terorisme Agus Sujatno alias Abu Muslim di halaman Polsek Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat, pada Rabu (7/12).
"Ancaman teror tidak akan habis, karena itu terus berkembang, selalu berganti baju, ganti kelompok, segala macam, tujuannya tetap. Mereka akan tetap melakukan aktivitas sama di mana pun dan kapan pun," kata Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Rabu (14/12).
Benny mencontohkan, peristiwa yang pernah menimpa Wiranto, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, pada 2019 lalu. Saat itu, Wiranto ditusuk dengan sebilah pisau oleh seorang teroris di Banten. Begitu pula kasus bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, teroris disebut bisa cepat merancang aksi teror yang hendak dilakukan.
"Ini sedang didalami dari komunikasinya, dari teman-temannya, keluarganya, apakah ada tanda-tanda itu muncul dari jauh hari," kata Benny.
Karena itu, Benny meminta aparat kepolisian meningkatkan kewaspadaan dan menjaga ketat markas. Hal itu sebagai upaya mengantisipasi aksi terorisme. Baik target di kantor kepolisian maupun di tempat keramaian, untuk melindungi masyarakat.
Seperti diketahui, peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar terjadi pada pagi hari sekitar pukul 08.20 WIB. Pelaku Agus Sujatno tewas di tempat akibat bom panci yang ia rakit. Selain itu, ada pula 11 korban lainnya. Satu orang anggota polisi Aipda Sofyan Didu tewas, sembilan polisi dan satu warga terluka.
Sang pelaku, Agus, adalah mantan napi teroris yang pernah ditangkap dalam kasus bom Cicendo pada 2017 lalu. Teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung itu ditahan di Lapas Nusakambangan, sebelum akhirnya bebas pada September 2021 lalu.