Jakarta, Gatra.com - Nilai tukar Rupiah pada perdagangan sore ini, Rabu (14/12) ditutup menguat 64 poin ke level Rp15.592 per Dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan kokohnya Rupiah dipicu melemahnya indeks Dolar AS akibat pengumuman data inflasi AS bulan November di bawah ekspektasi para investor. Adapun inflasi AS pada November tercatat sebesar 7,1% secara tahunan (yoy). Sementara pada Oktober inflasi AS mencapai 7.7%.
"Memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memetakan jalur kenaikan suku bunga lebih lambat di kemudian hari," kata Ibrahim, Rabu (14/12).
Diketahui, bank sentral AS alias The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin (bps) sebanyak empat kali berturut-turut. Seiring inflasi yang mereda, ke depan The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps.
"Harga konsumen AS naik paling sedikit dalam 15 bulan terakhir," ungkapnya.
Di dalam negeri, Ibrahim optimis Indonesia masih akan merasakan windfall (berkah harga komoditas) dari sektor energi. Mengingat konflik antara Rusia dan Ukraina belum berakhir membuat negara Eropa akan bergantung kembali pada batu bara.
"Eropa tidak bisa menggunakan gas dari Rusia, sehingga ini menjadi pasar baru bagi Indonesia," katanya.
Selain batu bara, menurut dia komoditas tambang lainnya juga akan bernasib baik. Misalnya, nikel yang saat ini sudah didukung dengan pengembangan produk hilirnya, menjadikan ekspor nikel RI memberikan nilai tambah yang lebih.
"Ini juga akan menjadi pemasukan devisa yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Adapun pada perdagangan esok, Ibrahim memprediksi Rupiah akan dibuka berfluktuatif, namun ditutup menguat direntang Rp15.560 - Ro15.650 per Dolar AS.