Jakarta, Gatra.com - Adanya ketidakstabilan situasi global membuat gambaran ekonomi dan politik Indonesia di tahun depan menjadi tidak pasti. Namun, menurut Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto, peluang Indonesia mengalami resesi terbilang kecil.
"Saya percaya kalau kita optimalkan ekonomi domestik, cukup untuk mencegah kita dari resesi. Separah-parahnya ekonomi global 2023, minimal bisa tumbuh at least 3%. Itu enggak membuat kita resesi," kata Eko dalam acara INDEF School of Political Economy di Jakarta, Selasa (13/12).
Eko menerangkan bahwa resesi sendiri merupakan kondisi penurunan ekonomi yang negatif, tetapi tidak ekstrem. Penurunan ini terjadi selama dua triwulan berturut-turut, yang tergambar dalam PDB per kapita. Kondisi resesi sendiri merupakan kondisi yang masih bisa diatasi bila dibandingkan dengan kondisi krisis atau depresi yang mengguncang ekonomi secara drastis.
Berdasarkan data Bloomberg, peluang Indonesia mengalami resesi berada di posisi bawah dibandingkan negara lain di Asia. Indonesia memiliki peluang resesi sebesar 3%, jauh lebih kecil dibandingkan Thailand (10%), Malaysia (13%), hingga Hong Kong dan Cina (20%). Bahkan, negara maju seperti Korea Selatan (25%) dan Jepang (25%) memiliki peluang resesi yang jauh lebih tinggi.
Dalam hal ini, Eko memastikan Indonesia masih dalam situasi aman. Namun, ia tetap mengatakan bahwa kemungkinan adanya resesi global bisa mempengaruhi Indonesia. Dalam hal jalur perdagangan, misalnya, permintaan produk diproyeksi terganggu, khususnya ke negara-negara Eropa sebagai salah satu pasar penting.
"Dampaknya [ke] jalur perdagangan paling besar. Karena jelas, kita jualan ke luar negeri, kalau yang biasa beli lagi resesi, tentu minta [barang] lebih sedikit," ucapnya.
Selain itu, dampak biaya input, turut akan terjadi. Banyak produk yang masih menggunakan bahan baku dari luar negeri. Jika terjadi resesi di luar, maka kenaikan harga sulit untuk dihindari.
"Terkait industri kita, kalau biaya input mahal, harga jual juga mahal. Hari ini ditahan-tahan oleh produsen, tapi ada titik batasnya. Kayaknya mulai tahun depan [produsen] naikin harga karena tidak bisa lagi menahan gempuran inflasi di luar sana," terang Eko.
Untuk itu, Eko menegaskan bahwa penguatan ekonomi domestik diperlukan. Dengan meningkatkan produtivitas ekonomi, maka siklus transaksi bisa terus terjadi. Baginya, selama daya beli masyarakat masih terjaga, resesi bisa dihindari.