Jakarta, Gatra.com - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Aviliani, memaparkan bagaimana peran dunia usaha dan masyarakat dalam menghadapi situasi ekonomi pada tahun 2023. Dengan adanya ketidakpastian global yang terjadi, penting bagi seluruh pihak untuk mampu beradaptasi dan memaksimalkan potensi yang dimiliki.
"Dunia usaha yang bisa survive yaitu yang selalu melihat inovasi, melihat ancaman jadi peluang, sehingga mampu membuat strategi," ujarnya dalam acara INDEF School of Political Economy di Jakarta, Selasa (13/12).
Aviliani memaparkan bahwa dalam perekonomian, terdapat tiga pelaku yakni pemerintah, pelaku usaha, serta masyarakat. Masing-masing memiliki peran dan kontribusi dalam transaksi ekonomi yang terjadi.
Baca Juga: BI Naikkan Suku Bunga untuk Hadapi Situasi Ekonomi Global
"Masyarakat fungsinya kalau mereka mendapatkan pendapatan, untuk belanja. Yang bahaya itu masyarakat ditakut-takuti tidak belanja. Kalau tidak belanja, perusahaan tidak investasi. Jadi ada hubungannya antara belanja masyarakat dengan investasi," jelasnya.
Siklus ini berputar secara terus-menerus dan saling berhubungan. Menurutnya, masyarakat yang menghasilkan pendapatan dan belanja, yang dibelanjakan juga barang dan jasa dari perusahaan. Ini membuat daya beli selalu ada.
Sementara, pemerintah berperan dalam menjaga iklim pasar. Jika transaksi terus terjadi, maka pendapatan pajak dari masyarakat bisa diterima oleh pemerintah.
Baca Juga: Ingin Tarik dan Jaga Investor, Pengamat Katakan Ekonomi Indonesia Harus Minim Risiko
Pemerintah juga berperan dalam merumuskan kebijakan. Dalam skema Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), kebijakan yang dikeluarkan harus sesuai dengan skala perusahaan yang ada.
"Usaha tingkat mikro paling banyak, tidak cocok untuk kredit (kredit usaha rakyat atau KUR). Policy bukan dengan KUR, tapi mungkin sebagian dibantu dulu. Nanti kalau sudah naik kelas baru dikasih pinjam," paparnya.
Menurutnya, usaha kecil juga banyak yang tidak mencapai skala ekonomi. Maka, diperlukan perubahan bisnis model. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan pendampingan kepada jenis usaha ini, sudah bukan dengan memberi bantuan langsung lagi.
Berbeda dengan yang lain, jenis usaha menengah dan besar disebut Aviliani sudah memiliki kemampuan yang baik dalam bertahan.
"Usaha menengah dan besar harus puya strategi. Usaha besar sudah pengalaman 1998 jadi tidak jatuh. Daya tahan dunia industri sudah jauh lebih bagus," katanya.
Selain masing-masing jenis usaha yang harus diperhatikan secara keseluruhan, komposisi masyarakat juga menjadi pertimbangan.
Menurut Aviliani, bonus demografi yang dihadapi akan turut membantu Indonesia tetap bertahan di situasi ke depan.
"Bonus demografi harus dimaksimalkan. Selama ada mobilitas, maka belanja juga naik. Yang suram itu global, tapi negara berkembang akan aman," ucapnya.
Dalam situasi saat ini, ia menilai bahwa Indonesia di tahun depan tidak akan mengalami resesi. Namun, perlambatan ekonomi tetap akan terjadi sebagai pengaruh dari situasi global. Untuk itu diperlukan kontribusi dari seluruh pihak, termasuk dalam menjaga transaksi tetap berjalan.