Home Internasional Tujuh Negara Paling Terdampak Terorisme, Indonesia Termasuk?

Tujuh Negara Paling Terdampak Terorisme, Indonesia Termasuk?

Sydney, Gatra.com - Laporan Global Terrorism Index (GTI) 2022: Measuring the Impact of Terrorism yang dirilis oleh Institute for Economic & Peace, Sydney, menyebutkan bahwa terdapat tujuh Negara yang termasuk dalam kategori sangat terdampak terorisme. Tujuh negara tersebut meliputi Afganistan, Iraq, Somalia, Burkina Faso, Syiria, Nigeria, dan Mali. Negara-negara tersebut mendapat peringkat pertama hingga ketujuh secara berturut-turut.

Afganistan termasuk dalam peringkat pertama dengan kategori sangat terdampak terorisme dan mendapat skor GTI paling tinggi, yaitu di angka 9.109. Afganistan mencatatkan 837 kejadian terorisme selama 2021. Angka tersebut naik 33% dari tahun sebelumnya. Jumlah kematian akibat insiden terorisme di Afganistan naik sebanyak 14% dari tahun sebelumnya atau sebanyak 1.426 korban meninggal.

Selain itu, insiden terorisme di Afganistan juga menyebabkan sebanyak 2,199 orang mengalami luka-luka atau cedera. Secara keseluruhan, Afghanistan menyumbang 20% kematian akibat terorisme secara global pada tahun 2021. Lebih dari setengah dari kematian dari inisiden ini merupakan warga sipil.

“Pada tahun 2021, terorisme meluas di Afghanistan dengan insiden teroris tercatat di 32 dari 34 provinsi Afghanistan. Jumlah kematian terbesar akibat terorisme tercatat di provinsi Kabul dengan mayoritas di antaranya akibat serangan oleh Negara Islam Cabang Khorasan. Kematian di wilayah Kandahar meningkat hampir tiga kali lipat dalam setahun terakhir, dengan 282 kematian tercatat pada tahun 2021,” demikian dikutip dari laporan tersebut, Selasa (13/12).

Meski Taliban adalah kelompok teroris paling aktif di Afghanistan, kematian yang dikaitkan dengan kelompok itu turun 32% pada 2021 saat mereka melakukan transisi ke pemerintahan setelah jatuhnya ibu kota Kabul pada Agustus 2021.

Jumlah bom bunuh diri pun turun. Hanya ada satu bom bunuh diri yang dilakukan Taliban pada tahun 2021 yang tidak menimbulkan korban jiwa, dibandingkan tahun 2020 ketika tercatat sepuluh serangan yang mengakibatkan 55 korban jiwa.

Serangan bersenjata adalah bentuk serangan Taliban yang paling mematikan pada tahun 2021, dengan 206 orang tewas dalam serangan tersebut, dibandingkan dengan 164 korban jiwa akibat pemboman Taliban.

Sementara Taliban bertanggung jawab atas serangan terbanyak, Khorosan Chapter of Islamic State - Khorasan Province (ISKP) bertanggung jawab atas kematian terbanyak di Afghanistan pada tahun 2021. ISKP bertanggung jawab atas 518 korban pada tahun 2021, termasuk serangan paling mematikan di negara itu tahun ini, ketika seorang pembom bunuh diri meledakkan bahan peledak di Bandara Internasional Kabul, diikuti oleh bom bunuh diri lainnya di dekatnya.

“Serangan itu terjadi selama penarikan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan dan evakuasi warga sipil yang sesuai, mengakibatkan 170 kematian dan lebih dari 200 luka-luka. Itu adalah serangan paling mematikan di Afghanistan sejak 2007,” jelas laporan tersebut.

Negara Timur Tengah lainnya, Irak, menempati urutan kedua dengan skor 8.511 dengan total 833 kejadian dan 524 korban meninggal dunia. Somalia menempati urutan ketiga mendapatkan skor 8.398 dengan 308 kejadian dan 599 orang meninggal sebagai korban. Burkina Faso berada di urutan keempat yang mendapat skor 8.270 dengan 216 kejadian dan 732 korban meninggal.

Peringkat kelima adalah Suriah dengan skor 8,233. Terjadi 338 inisiden terorisme yang mengakibatkan 488 orang terbunuh. Nigeria menempati posisi keenam dengan skor 8,233 dari 204 insiden terorisme yang merenggang nyawa 488 korban. Mali menempati posisi ketujuh dengan skor 8.152. Total kejadian terorisme 2021 di Mali sebanyak 333 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 574.

Indonesia sendiri menempati urutan ke-24 dengan skor GTI sebesar 5.5 dan termasuk dalam kategori sedang (medium) terkait dampak terorisme.

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa para peneliti menggunakan empat indikator untuk mendapatkan skor GTI yang meliputi kematian, tetapi juga insiden, sandera, dan cedera akibat aksi terorisme, dengan bobot selama lima tahun.

Skala yang digunakan GTI adalah pada rentang 0 hingga 10. Angka 0 menunjukkan bahwa tak ada dampak dari terorisme, sedangkan 10 mewakili dampak terorisme tertinggi. GTI menganalisis dampak terorisme di 163 negara yang mencakup 99,7% dari populasi dunia.

Institute for Economics & Peace menggunakan data dari TerrorismeTracker dan sumber-sumber terkait lainnya untuk menyusun laporan tersebut yang berisi lebih dari 60.500 insiden teroris selama periode 2007 hingga 2021.

836