Jakarta, Gatra.com - Awan Panas Guguran (APG) Gunungapi Semeru telah terjadi sejak Minggu (4/12) lalu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan bantuan Dana Siap Pakai (DSP) sebesar Rp250 juta untuk penanganan APG di Kabupaten Lumajang.
"Bantuan ini untuk operasional di posko tanggap darurat, harapannya Lumajang ini segera bangkit dan akan lebih siap dan siaga lagi ke depannya untuk menghadapi bencana," kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi, yang mewakili Kepala BNPB dalam website resmi BNPB, dikutip Kamis (8/12).
Selain DSP, BNPB juga memberikan bantuan logistik senilai Rp100 juta untuk penanganan pengungsi warga terdampak APG Semeru. Hingga Rabu (7 /12), tidak ada laporan korban jiwa meninggal dunia akibat peristiwa tersebut.
"BNPB akan selalu siap membantu dan mendampingi Pemkab Lumajang untuk melaksanakan program-program kesiapsiagaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam merespon bencana," tambahnya.
Jumlah warga mengungsi saat ini berjumlah 560 jiwa yang tersebar di 10 titik pengungsian. Sejak Selasa (6/12), beberapa pengungsi yang tidak tinggal di zona merah kawasan sudah kembali ke tempatnya masing-masing.
Erupsi Gunungapi Semeru, yang ditandai dengan adanya APG hingga sejauh 19 kilometer, telah berdampak di lima desa di empat kecamatan. Adapun wilayah yang terdampak, yaitu Desa Sumberurip di Kecamatan Pronojiwo; Desa Sumbersari di Kecamatan Rowokangkung; Desa Sumberwuluh; Desa Penanggal di Kecamatan Candipuro; dan Desa Pasirian di Kecamatan Pasirian.
Seperti diketahui sebelumnya, Gunungapi Semeru telah dinaikkan statusnya menjadi Level IV atau 'Awas' sejak Minggu (4/12) pukul 12.00 WIB. Meskipun aktivitas vulkanik trennya semakin menurun, hingga hari ini, Kamis (8/12) Gunung Semeru masih berstatus Level IV atau awas.
Masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas apa pun, terutama di sepanjang wilayah Besuk Kobokan, yang hanya berjarak 17 km dari puncak pusat erupsi. Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi APG, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak gunung, terutama sepanjang Besuk Kobokan.
Di luar jarak itu, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepian sungai karena adanya potensi banjir lahar dingin.