Yogyakarta, Gatra.com – Lewat kuliah umum yang dilanjut lokakarya bertema ‘Are You Ready For the Mars Mission’, penggiat dan pemerhati sains antariksa Indonesia diajak mencari solusi bertahan hidup di Planet Mars dengan membuat perlengkapan dari bahan-bahan di lingkungan sekitar.
Tersebar di sebelas kota di Indonesia, 36 peserta yang dibimbing secara daring, selama empat hari, diajak mengeksplorasi habitat hidup masa depan di Planet Mars.
Diselenggarakan Korea Foundation bersama ARCOLABS dan v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station (VMARS) kuliah umum dan lokakarya ini diselenggarakan mulai 3 sampai 6 Desember. Dua narasumber yang dihadirkan yaitu, Ayoung Kim dan Venzha Christ.
“Program ini bagian dari seri kuliah mengenai seni kontemporer di Indonesia dan Korea yang didukung Korea Foundation Jakarta. Dua narasumber yang kami hadirkan adalah merupakan praktisi artistik yang gagasanya bersinggungan dengan ruang hidup alternative,” kata Direktur ARCOLABS Jeong Ok Jeon, Senin malam (5/12).
Dari Korea, seniman Ayoung Kim dalam kuliah umum berjudul ‘Art & Universe’, mempresentasikan idenya tentang dunia alternatif yang ia bayangkan dan berdasarkan lingkungan sekitarnya.
Sementara Indonesia diwakili Venzha Christ, berbagi mengenai penelitian jangka panjangnya tentang Mars. Planet hunian potensial bagi manusia setelah bumi yang hingga kini masih menyimpan banyak potensi dan misteri.
Program ini secara umum berupaya mencari ruang alternatif untuk hidup, bukan lagi cerita yang ditonton di film fiksi ilmiah.
“Realita krisis iklim dan dunia pasca-pandemi yang kita hadapi telah mempercepat proses eksplorasi yang dilakukan umat manusia untuk bertahan hidup. Peserta berasal dari mahasiswa, praktisi, komunitas dan pecinta seni di Indonesia yang mendapatkan panggilan terbuka hingga 29 November lalu,” ungkapnya.
Venzha sendiri, sebagai satu-satunya orang Indonesia yang mengikuti simulasi hidup di Mars oleh Mars Society. Melalui lokakarya selama dua hari, akan memandu para peserta yang terkurung dalam ruang terisolasi untuk menggunakan benda-benda di sekitar mereka untuk membuat perlengkapan bertahan hidup di Mars.
“Para peserta akan mewujudkan modul yang mereka rencanakan, yang bertujuan untuk mencari solusi kehidupan di Mars dalam berbagai perspektif sains antariksa. Karya mereka nantinya akan dipamerkan di Indonesia UFO Festival tahun depan di Yogyakarta,” jelas Venzha yang merupakan pendiri VMARS.
Lewat program ini, Venzha berharap dapat bertukar pikiran dengan para peserta untuk memajukan penelitian serta memperluas narasi melalui praktik artistik dan sains.
Direktur Korea Foundation Jakarta Choi Hyun Soo menyampaikan pihaknya akan terus terlibat dalam kolaborasi seni, budaya yang bermakna, serta membantu memajukan diskusi tentang kehidupan masa depan.
“Sejak hadir 2019 lalu, kami menantikan untuk bergabung dalam diskusi dan melihat hasil dari rangkaian kuliah dan lokakarya yang melibatkan seni, ruang, dan kemanusiaan ini,” ungkapnya.