Jakarta, Gatra.com - Terdakwa kasus pembunuhan Brigadir J, Kuat Ma'ruf mengungkapkan kronologi pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dari sudut pandangnya. Ia pun mengaku bahwa Ferdy Sambo sempat memarahi Brigadir J, sesaat sebelum eksekusi itu dilangsungkan.
Mulanya, Kuat menjelaskan pada saat itu, ia masuk ke dalam rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, bersama Brigadir J dan Ricky Rizal. Ia mengaku bahwa saat itu, posisinya berada di belakang Brigadir J, namun ia mengaku masuk lebih dulu dibanding Ricky Rizal.
"Setelah masuk saya lihat Yosua lagi dimarahi. Waktu itu udh ada bapak dibawah dan sudh ada om richard saat itu. Waktu itu seingat saya dan sependengeran saya, Bapak sempat mengatakan kepada Yosua, 'kamu kurang ajar sekali sama saya'," ungkap Kuat Ma'ruf, ketika bersaksi untuk Ricky Rizal dan Bharada E, di PN Jakarta Selatan, Senin (5/12).
Kuat pun mengaku bahwa pada saat menyaksikan itu, ia berdiri dalam posisi berdampingan dengan Ricky. Meski begitu, ia menegaskan bahwa dirinya masuk lebih dahulu dibanding Ricky Rizal.
"Jadi, begitu masuk, Yosua lagi hadap sini, Bapak (Sambo) lagi marah-marah. Boleh saya dengar seperti itu. Saya bergeser dong. Bapak lagi marah-marah gini, 'Yosua sempat bilang, 'Apa, Pak?', yang saya pahami," kata Kuat Ma'ruf, dalam persidangan tersebut.
Setelah menyaksikan hal itu, ia kemudian mengaku segera bergeser ke meja kompor, sebelum akhirnya ia mendengar perintah Sambo kepada Bharada E, untuk menghajar Brigadir J. Namun, yang terjadi setelah instruksi itu justru adalah penembakan.
"Saya bergeser ke dekat meja kompor, saya dengar sekali itu, Bapak bilang, 'Hajar Chad! Hajar Chad', terus ditembak sama Richard. Der! Der! Enggak tahu berapa kali itu, terus Yosua tengkurap di samping tangga," jelasnya.
Kuat mengatakan, pasca penembakan itu, ia sempat mengira bahwa ia juga akan ditembak. Pasalnya, menurut Kuat, Ferdy Sambo pada saat itu sempat menoleh ke belakang.
"Jadi, setelah itu Pak Sambo sempat lihat belakang, jadi pada saat itu, terus saya ketakutan. Kalau saya berpikir, Bapak sempat nengok-nengok begitu, pikir saya, saya juga mau ditembak waktu itu. Oh, ternyata, Bapak mau ke depan (untuk) tembak-tembak tembok," urai Kuat Ma'ruf.
Namun demikian, Kuat mengklaim bahwa dirinya tak melihat Ferdy Sambo menembak Brigadir J. Ia berdalih, hal itu tak dapat dipastikannya karena dari posisinya berdiri, ia hanya dapat melihat kaki Brigadir J.
"Begini, Yang Mulia, kalau posisi jatuhnya Yosua itu, saya cuma lihat kakinya kalau dari tempat saya, karena kan samping tangga," kata Kuat Ma'ruf, mencoba menjelaskan kepada majelis hakim yang mulai curiga bahwa keterangan Kuat sama dengan kesaksian Ricky Rizal.
Hakim pun sempat mencecar Kuat mengenai posisi berdirinya yang sebelumnya ia sebut sejajar dengan Ricky. Namun, pertanyaan itu membuat Kuat mengklaim bahwa meski sejajar, posisinya berdiri pun cukup jauh dari Ricky.
Mendengar kesaksian Kuat, Hakim pun menyinggung kesaksian Kuat dan Ricky, dengan mencocokkan kesaksian tersebut dengan peragaan yang dilakukan oleh Bharada E. Hakim lalu menyebut Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal "buta dan tuli", karena terus mengaku tidak melihat dan tidak mendengar sesuatu dalam rangkaian peristiwa tersebut.
"(Posisi) Yosua tadi sudah dipraktikkan sama Saudara Richard. Berdirinya RE sama RR enggak jauh, tapi karena kalian buta dan tuli, jadi Saudara enggak dengar dan enggak lihat, kan gitu yang Saudara sampaikan," ujar Hakim, dalam persidangan tersebut.
Mendengar perkataan Hakim, Kuat pun menjelaskan bahwa ada kemungkinan bahwa Sambo juga melesatkan peluru panasnya ke tubuh Brigadir J. Namun, ia bersikeras bahwa ia tak menyaksikan penembakan tersebut.
"Kalau Pak Sambo nembak, mungkin. Kan saya sudah ketutupan, tinggal lihat kakinya saja kalau dari tempat saya," ujar Kuat.
Meski begitu, ketika Hakim kembali mempertanyakan kapan tepatnya Sambo menembak Brigadir J, Kuat tetap menjawab bahwa ia tak menyaksikan penembakan itu.
"Inilah, sudah ku bilang, kamu sudah merendakan dari awal. Ya, kan?" kata Hakim lagi.
"Saya yang mengalaminya, Yang Mulia, di situ," ujar Kuat.
Perkataan Kuat pun mengundang reaksi lebih lanjut dari hakim. Pasalnya, keterangan Kuat Ma'ruf dalam persidangan itu tak sinkron dengan kesaksiannya yang penuh skenario, yang mana ia jelaskan dengan tuntas saat diperiksa oleh Polres Metro Jakarta Selatan.
"Ya, terserah Saudara, tapi faktanya, saat ditanya soal penembakan oleh anggota Polres Jakarta Selatan, Saudara bisa jawab dengan tuntas skenario itu. Kan begitu," ujar hakim, dalam persidangan itu.