Jakarta, Gatra.com - Kasus polio pertama ditemukan di Kabupaten Pidie, Aceh, pada awal November lalu. Sejak delapan tahun lalu, Indonesia sudah bebas polio dan mendapatkan sertifikat resmi dari World Health Organisation (WHO) pada 2014. Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Aceh, Raihan, mengatakan bahwa turunnya cakupan imunisasi menjadi salah satu penyebab munculnya anak yang terinfeksi.
"Cakupan imunisasi menurun, merah semua. Provinsi Aceh sejak 2018, (imunisasi) suntikan lebih banyak merahnya, atau di bawah 60%. Dari seluruh kabupaten di Aceh, Pidie paling rendah cakupannya," katanya dalam Media Group Interview KLB Polio yang digelar secara daring, Jumat (2/12).
Padahal, cakupan imunisasi untuk virus polio harus mencapai hingga 95% untuk menciptakan herd immunity. Ia menerangkan bahwa cakupan imunisasi tetes maupun suntik di Provinsi Aceh terus menurun sejak 2018. Bahkan sejak 2020 lalu, cakupan vaksin suntik IPV tidak pernah mencapai 95% di provinsi manapun di Aceh.
Khusus di Kabupaten Pidie pada tahun ini, cakupan imunisasi tetes atau OPV keempat hanya ada di kisaran 17,7%. Sementara cakupan imunisasi suntik atau IPV hanya mencapai 0,1%.
Raihan juga menjelaskan bahwa berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, alasan utama kenapa anak tidak diberi imunisasi adalah karena masyarakat menganggapnya tidak perlu. Selain itu, alasan anak demam atau sakit dan menangis usai diberi imunisasi juga menjadi alasan utama.
Sementara, berdasarkan hasil survei cepat (RCA) pada 26 rumah tangga di Desa Mane - desa tempat ditemukannya kasus polio pertama - pada Kamis (10/11) lalu, hanya ada 24% atau 8 anak yang diimunisasi tetes lengkap. Sementara, dari total 33 anak, tidak pernah ada anak yang mendapat imunisasi IPV atau suntik.
"Alasan orang tua atau pengasuh tidak mengimunisasi anak yang pertama adalah takut efek samping. Alasan agama ada di posisi agak bawah," ujarnya.
Dengan adanya kasus ini, Raihan menyebutkan upaya cepat tanggap langsung dilakukan melalui outbreak response immunization (ORI). Khusus Kabupaten Pidie, cakupan imunisasi langsung diperluas dan dilakukan selama dua putaran.
"Putaran pertama sudah berjalan lima hari, hasilnya sudah mencakup lebih dari 60%," ucapnya.
Putaran pertama pekan imunisasi nasional di Kabupaten Pidie dilakukan sejak Senin (28/11) hingga Minggu (4/12) mendatang. Sementara, untuk putaran kedua akan berlangsung selama satu bulan hingga 5 Januari 2023 mendatang.
"Mulai Senin (5/12), kabupaten lainnya yang ada di Aceh secara bertahap akan dilakukan. Target (cakupannya) lebih dari 95%," ujarnya.