Jakarta, Gatra.com - Gerakan pengurangan sampah plastik kini mulai melibatkan pendekatan keagamaan. Cara ini dinilai menjadi salah satu jawaban atas persoalan sampah plastik masih menjadi persoalan di Indonesia.
Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) menggagas gerakan tersebut melalui kerja sama dengan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat 'Aisyiyah.
"Melalui kerja sama ini, kami berupaya untuk mengangkat pesan terkait kampanye bebas plastik dalam setiap kegiatan dengan nilai-nilai ke-Islaman yang tidak kami lakukan pada program sebelumnya di tahun 2019," ujar Koordinator Nasional GIDKP, Rahyang Nusantara dalam konferensi pers daring, Selasa (29/11).
Rahyang menyebut, paradgima pendekatan kegamaan diintisari berdasarka pemikiran ilmuwan asal Columbia University, Gus Speth, yang mengatakan, masalah lingkungan utamanya disebabkan oleh keegoisan, keserakahan, dan sikap apatis. Untuk menghadapinya, dibutuhkan transformasi budaya dan spiritual.
Berangkat dari pandangan tersebut, GIDKP memenadng perlunya pendoronganperubahan perilaku pada program Pasar Bebas Plastik melalui pendekatan agama Islam dengan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Pandangan tersebut pun, yang kemudian juga diamini oleh Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PP 'Aisyiyah, Hening Parlan.
“Saya rasa ini saatnya kita berperan untuk menjaga bumi dari kerusakan iklim dengan pendekatan spiritualitas atau dengan pendekatan agama," tutur Hening.
Di dalam Islam, sambung Hening, sudah diajarkan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Menurut dia, ketika penggunaan plastik sekali pakai yang berujung 'nyampah' itu bisa mengotori bumi, maka seorang yang menggunakannya bisa dikatakan termasuk ke dalam kaum yang tidak beriman.
“Konsumen dan pedagang yang ada di Pasar Tebet Barat ini juga aktif dalam kajian yang diadakan di masjid yang ada di dekat Pasar Tebet Barat itu sendiri. Jadi saya rasa ini merupakan kolaborasi yang benar-benar tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya plastik sekali pakai dalam sudut pandang keagamaan," kata Hening.