Huddersfield, Gatra.com- Musisi, vokalis, dan komposer pemburu suara dari Indonesia, Rani Jambak, meraih penghargaan internasional The Oram Awards 2022, di Huddersfield, Inggris, dalam salah satu rangkaian acara Huddersfield Contemporary Music Festival, pada 24/11.
The Oram Awards adalah platform penghargaan untuk inovasi dalam musik, suara, dan teknologi terkait. Ajang penghargaan ini merupakan kolaborasi kemitraan antara beberapa organisasi yang berbasis di Inggris, yang diinisiasi PRS Foundation, bekerjasama dengan The Radiophonic Institute dan Daphne Oram Trust, untuk mengangkat karya dan suara perempuan dan pencipta musik minoritas gender dalam musik elektronik.
Kegiatan pemberian penghargaan ini menjadi sebuah dedikasi atas peran dan jasa Daphne Oram sebagai seorang perintis dan panutan yang menginspirasi wanita-wanita lain di seluruh dunia, yang saat ini kurang terwakili dalam musik elektronik. Ajang ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 2017, dan di tahun 2022 ini merupakan penyelenggaraan untuk yang keenam kalinya.
Pemenang Internasional
Dalam The Oram Awards 2022, telah diseleksi lebih dari 120 aplikasi peserta, kemudian tersaring 26 orang, hingga akhirnya ditentukan pemenang terakhir enam orang dari Inggris dan dua pemenang untuk kategori internasional, yang dalam prosesnya bekerjasama dengan British Council yang tersebar di berbagai negara. Pemenang menerima penghargaan dan hadiah dalam seremoni di Huddersfield Contemporary Music Festival (HCMF), yang akan dipersembahkan Elizabeth Alker dari BBC RADIO 3.
Dalam kategori penghargaan internasional The Oram Awards, Rani Jambak merupakan satu dari dua orang penerima penghargaan, dan Rani terpilih sebagai pemenang utama. Pada publikasi resmi Oram Awards, Rani disebut sebagai komposer, perancang instrumen, dan vokalis keturunan Minangkabau yang lahir di kota Medan, Indonesia.
Setelah menyelesaikan studi S-2 Master of Creative Industries Studies di Macquarie University di Sydney, Australia, Rani memulai karir solonya. Rani menjelajahi dunia musik elektronik dan soundscape dengan mengumpulkan beraneka suara khas dan unik dari berbagai tempat di Indonesia.
Kincia Aia Malenong (M)ASO
Karya musik Rani banyak mengangkat tentang suara sosial budaya dan hubungan antara manusia dan nenek moyang mereka. Ia mengembangkan karya-karya creative soundscape, yaitu merekam soundscapes dari suara-suara di alam, suara aktivitas sosial budaya masyarakat, dan suara dari instrumen maupun pertunjukan tradisional dari berbagai daerah, untuk kemudian materi suara-suara tersebut disusun dan dirangkai menjadi sebuah komposisi musik digital.
Pada kegiatan Oram Awards 2022 ini, selain menerima penghargaan, Rani juga akan menampilkan performance dari salah satu karya masterpiece-nya, yaitu "Kincia Aia" (Kincir Air, bahasa Minangkabau). Kincia Aia merupakan sebuah teknologi tradisional khas masyarakat Minangkabau, yang menjadi media eksplorasi Rani di proyek musiknya dalam ajang program Musicians in Residence 2021-2022 yang diselenggarakan British Council.
Rani datang ke Inggris bersama M Hario Efenur, suaminya tercinta, dengan membawa sebuah replika kincia aia yang mereka buat, lengkap dengan alu-alu-nya (penumbuk) sejumlah 10 buah, di mana pada tiap alu-alu Rani menempatkan sensor yang sensitif menangkap getaran, melalui pemrograman menggunakan coding, getaran itu diubah dengan softwere MIDI pengolah suara untuk menghasilkan komposisi musik, di mana sumber bunyi musiknya diambil dari kumpulan sampling suara-suara soundscape.
Rani kembali menampilkan performance karyanya yang berjudul Malenong (M)ASO, yang ini telah di-launching pada 22 Juli 2022 di Nagari Lasi, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. "Dalam pengertian bahasa Indonesia, Malenong (M)ASO adalah memutar waktu dan asal. Judul ini saya pilih karena berhubungan dengan konsep karya, yaitu memutar atau menggulirkan teknologi masa lampau sehingga dapat difungsikan lagi ke masa depan," ungkap Rani Jambak.
"Selain itu, ASO atau asal, dimaknai dengan asal muasal Kincia Aia yang digunakan sebagai pengkaryaan musik, adalah produk kecerdasan masyarakat Minangkabau yang telah tercatat dalam sejarah sejak 204 tahun yang lalu", lanjutnya.
Pemajuan Kebudayaan
Melalui karya ini, dengan mengangkat teknologi tradisional kincia aia, menyambungkannya dengan dengan sensor getar, coding, dan teknologi musik digital MIDI, untuk membunyikan kumpulan koleksi suara dan bebunyian khas daerah, yang dikomposisi dalam musik digital ini, menjadi sebuah “olah objek pemajuan kebudayaan”, menarik masa depan (teknologi digital) dan masa lalu (teknologi tradisional) ke masa hari ini, dalam karya komposisi soundscape kreatif.
Inilah benang merah tema besar yang selalu dibawa Rani, di mana ia konsiten untuk mengusung tajuk #FUTUREANCESTOR, sebagai cara Rani untuk menemukan identitas budaya dirinya sebagai wanita keturunan Minangkabau, dan bagaimana keterhubungan kehidupan manusia, leluhur, dan alam melalui suara.
#FUTUREANCESTOR menjadi proyek Rani yang terus berjalan, karena ia masih akan terus mengumpulkan suara khas dari berbagai tempat di Nusantara, dan mendorong tumbuhnya komunitas-komunitas 'pemburu suara' di berbagai daerah untuk bersinergi dalam mengeksplorasi keberagaman perspektif, kearifan lokal, dan spiritualisme.
Mengenai penghargaan yang didapatkannya, Rani berkomentar, “Memenangkan penghargaan Oram adalah sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan. Saya memainkan musik tanpa berencana untuk memenangkan apa pun kecuali untuk menemukan kebebasan dan kedaulatan saya sebagai seorang wanita untuk belajar, mengeksplorasi, dan mengekspresikan melalui musik, yang kebanyakan orang berpikir bahwa itu tidak perlu dan tidak penting."
"Penghargaan ini menjadi salah satu hadiah terbesar dalam hidup dan perjalanan musik saya, untuk membuat saya terus melakukan apa yang saya cintai, dan bekerja lebih keras untuk menyuarakan hubungan kembali tubuh dan jiwa kita dengan alam," pungkasnya.