Jakarta, Gatra.com - Babak perempat final Australia Open 2022 digelar hari ini, Jumat (18/11). Bermain di Quay Centre pukul 15.00 waktu setempat atau pukul 11.00 WIB, dua wakil ganda campuran Indonesia mendapat hasil berbeda. Dejan Ferdiansyah/Gloria Emanuelle Widjaja berhasil melaju ke semi final sementara langkah Adnan Maulana/Nita Violina Marwah harus terhenti.
Dejan/Gloria berhadapan dengan Yuki Kaneko/Misaki Matsumoto asal Jepang melalui rubber game ketat, 20-22, 21-19, 21-17. Bermain selama 77 menit, Dejan/Gloria berhasil merebut game kedua dan memaksakan rubber game.
Pada game pertama, pasangan pemenang Malang International Challenge 2022 ini tercecer 6-11 saat interval. Bangkit mengejar dan menyamakan kedudukan 16-16, kejar-kejaran poin terjadi hingga akhir game pertama. Unggul terlebih dahulu dengan 20-19, pasangan lawan berhasil meraih tiga poin beruntun dan menutup game pertama dengan kemenangan Jepang.
Sejak awal game kedua, kedua pasangan masih saling berkejaran dalam perolehan angka. Tertinggal tipis 9-11 saat interval, Dejan/Gloria berhasil bangkit dan berbalik unggul 13-11. Setelahnya, perolehan poin terus diraih oleh pasangan Indonesia hingga memperpanjang pertandingan ke game penentuan.
Memasuki game penentuan, pasangan Indonesia terus unggul sejak poin 6-6. Pasangan Jepang berusaha mengejar, namun Dejan/Gloria konsisten menjaga gap poin dan menutup game ketiga dengan kemenangan.
Sementara, Adnan/Nita harus mengakui keunggulan pasangan China, Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping melalui dua game langsung, 21-7, 21-4. Bertemu untuk pertama kalinya, pasangan Indonesia takluk setelah melalui pertandingan yang berlangsung selama 28 menit.
"Permainan kami tidak keluar sama sekali. Dari awal terus tertekan. Pola permainan kami benar-benar tak berkembang. Ini yang membuat kami kalah," ujar Adnan dalam rilis yang diterima, Jumat (18/11)
Adnan mengakui bahwa pasangan asal China itu memang tampil lebih baik. Huang Dong Ping sebagai pemenang Olimpiade Tokyo 2020 memiliki pertahanan kuat sebab beberapa kali diserang tetap tidak tembus. Apalagi, karakter shuttlecock yang digunakan termasuk berat.
"Sementara pemain cowok, serangannya tajam karena punya postur tinggi. Pertahanannya juga lebih rapat. Kalau kami salah buang, pasti langsung disergap. Itu yang terjadi dalam pertandingan tadi," katanya.
Meski gagal melaju ke semi final ajang BWF World Tour Super 300 ini, Adnan mengaku bahwa komunikasi dengan Nita berjalan semakin baik.
"Paling tidak, komunikasi kami kini lebih lancar dan ada kemajuan. Selain itu, saling pengertian juga makin baik," ucapnya.