Jakarta, Gatra.com-Isu hangat kini menimpa sosial media Twitter, menurut informasi yang didapat kantor Twitter dilaporkan ditutup sementara serta akses karyawan kantor dinonaktifkan.
Zöe Schiffer, managing editor Platformer, dilansir dari Silicon Valley dalam sebuah cuitan, Jumat (18/11) menyatakan bahwa Twitter baru saja memberi tahu para karyawannya bahwa efektif dan segera
"Semua gedung kantor ditutup sementara dan kartu akses ditangguhkan. Tidak ada rincian yang diberikan mengapa," cuitnya. Menurut informasi yang didapat Schiffer, Musk dan timnya khawatir ada karyawan yang melakukan sabotase kepada perusahaan.
"Kami mendengar ini karena Elon Musk dan timnya takut karyawan akan menyabotase perusahaan. Selain itu, mereka masih mencoba mencari tahu pekerja Twitter mana yang harus mereka potong aksesnya," tulisnya.
Baca juga:Elon Musk Pangkas Hampir Separuh Pekerja Twitter?
Disisi lain, Schiffer juga menyebut saat ini karyawan Twitter diperbolehkan untuk bekerja secara remote dengan sejumlah ketentuan, salah satunya mendapat pengakuan dari manajer mereka terkait performanya. Musk dengan tegas mengingatkan kepada para manajer untuk tidak memalsukan pernyataan soal performa tersebut.
Menanggapi hal tersebut, banyak netizen yang kini mengkhawatirkan jika Twitter benar-benar dihapus. Dilihat dari respon sebuah akun @sisuiraxxx yang mentweet "Selama ini twitter jadi tempat terepik untuk misuh misuh, liat teori teori drakor dan juga tempat terupdate segala breaking news, ga kebayang kalo twitter bener bener mau ditutup, apa tidak tambah ngang ngong ngang ngong nih idup????????"
Atau netizen lain dengan user @hayybubxxx "Ini twitter beneran mau ditutup? Klu mau ditutup dimana lagi gue harus mencari tempat ternyaman untuk marah2, galau, update informasi, bahas drama, nge-fans sama aktor2 korea, ikut komen klu ada bahan yg rame. Twitter adlh sumber pelarian terbesar dalam hidup ???????? #RIPTwitter" yang mendapatkan banyak like serta retweet dari netizen lainnya. Hal ini menjadi ketakutan netizen twitter jika seumpama tempat ternyaman mereka seperti Twitter dihapus.
Elon Musk dan Tudingan Nir Empati
Elon Musk Effect akibat sejumlah keputusan kontroversial paska akuisisi mulai terasa. Eksodus sejumlah karyawan kabarnya karena mereka enggan menuruti keinginan Elon dan memilih pergi, alih-alih bertahan. Sebelumnya, Elon diketahui mengultimatum karyawannya agar mereka bekerja lebih keras. Jika tidak dituruti, konsekuensinya mereka harus pergi dan mengambil paket pesangon tiga bulan.
Cerita dua karyawan Twitter Singapura misalnya, seperti dikutip dari CAN, Kamis (17/11), mereka menceritakan momen terakhirnya bekerja di Twitter. Sebut saja ABbigael dan Carmen (bukan nama sebenarnya), menilai Elon serampangan dalam memutuskan pemecatan terhadap 50 persen karyawan. Elon dinilai nir empati.
"Ini bukan cara tepat menangani transisi. Saya mengerti, manajemen baru, kepemimpinan baru. Mereka ingin perubahan. Tapi tidak memikirkan ribuan karyawan secara global," kata Carmen.
Baca juga: Nadiem Makarim-Elon Musk Dialog dengan Ratusan Mahasiswa di Bali
Musk bukan tanpa upaya mencegah eksodus. Ia kabarnya sempat bertemu dengan beberapa karyawan untuk mencoba meyakinkan mereka agar mau tinggal. Namun, nyatanya beberapa memilih enggan bertahan dengan. Budaya baru yang menekankan pada jam kerja yang lebih panjang dan waktu yang lama membuat mereka berpikir ulang.
Banyak insinyur di Twitter mengeluhkan hal itu, padahal mereka bertanggungjawab untuk memperbaiki bug dan mengantisipasi sejumlah kendala teknis. Kin menjadi pertanyaa, siapa yang nanti bertanggungjawab pada stabilitas performa ketika sejumlah karyawan memilih keluar. Efeknya mulai terasa pada kamis (17/11) malam. banyak pengguna mengeluhkan aplikasi melambat.