Jakarta, Gatra.com – Bupati Blora, Arief Rohman, mengatakan, Samin Surosentiko adalah pejuang dari Desa Ploso Kendhiren, Randu Blatung, Blora, Jawa Tengah (Jateng). Dia diasingkan ke Sawah Lunto, Sumatera Barat (Sumbar), lantaran vokal melawan penjajah Belanda.
“Saya 1 Desember rencana mau ke Sawah Lunto, mau jiarah ke sana karena Mba Samin Surosentiko ini diasingkan di Sawah Lunto dan meninggal di sana,” katanya.
Orang nomor satu di Pemkab Blora, Jawa Tengah (Jateng), tersebut dalam webinar memperingati Hari Pahlawan, baru-baru ini, mengungkapkan, Pemkab Blora mempunyai kerja sama dengan Pemkab Sawah Lunto terkait penghormaan atas jasa-jasa Mbah Samin.
Baca Juga: Sekelumit Kisah Sedulur Sikep di Kudus
Ia menceritakan, perjuangan Mbah Samin luar biasa dalam melawan Belanda. Segenap tenaga, pikiran, harta, hingga nyawa pun rela dia korbankan demi mengusir penjajah dari Tanah Air, khususnya wilayah Blora.
“Mbah Samin ini berjuang untuk kemerdekaan, kemandirian, kesetaraan, kedaulatan bangsa, kerukunan, keberagaman, persaudraan yang dibangun bersama-sama,” ucapnya.
Dia berjuang hingga mempertaruhkan jiwa bukan untuk dirinya pribadi dan kelompoknya, namun untuk bangsa Indonesia melalui teknik perjuangan yang berbeda. “Mungkin ketika itu beliau itu ilmunya bukan sekadar terori dan wacana, namun dipraktikan dalam keseharian,” ujarnya.
Selain berjuang melawan penjajah Belanda, Mbah Samin juga sangat gigih dalam menjaga dan melestarikan Bumi Pertiwi Indonesia. “Diwujudkan dengan mengolahnya menjadi suatu yang bermanfaat, mandiri pangan, lepas dari ketergantungan,” ujarnya.
Perjuangan beliau dalam menjaga dan melestarikan alam ini terus dilakukan oleh generasi penerusnuya yang tersebar di sejumlah daerah. “Selain di Randu Blatung, Klopo Duwur, dan di lokasi-lokasi yang lain,” katanya.
Menurut Arief, di Blora banyak keturunan atau pengikut Mbah Samin yang sampai sekarang sangat membantu pemerintah. Kalau ada stigma Mbah Samin dan generasinya sebagai pemberontak kepada pemerintah Indonesia atau daerah adalah keliru.
“Pemberontak ini ketika [Mbah Samin] berjuang melawan Belanda. Tapi ketika setelah merdeka ini sangat membantu sekali terkait dengan perjuangan di bidang pertanian organik dan sebagainya,” ujar dia.
Bukan hanya di bidang pertanian, generasi penerus Mbah Samin juga sangat kuat dalam menjaga dan melestarikan budaya. Pemkab Blora sangat mengapresiasi dan memberikan penghargaan kepada Mbah Samin dan keturunannya.
Baca Juga: APHA: Kriminalisasi Masyarakat Adat Ancam Kelestarian Alam
“Kami memberikan apresiasi dan mengajak sedulur sikep untuk bersama-sama membangun Indonesia, khususnya Kabupaten Blora dengan kearifan lokal yang dimiliki,” katanya.
Menurut Arief, pemerintah dan masyarakat, termasuk generasi Mbah Samin harus bersinergi dalam memajukan Blora. Pihaknya merencanakan untuk membuat acara Rembuk Samin untuk mengumpulkan sedulur sikep (generasi penerus Mbah Samin).
“Ingin mengumpulkan sedulur sikep dari berbagai daerah yang telah tersebar, mulai dari Blora, Bojonegoro, Kudus, Pati, Rembang, dan daerah-daerah yang lain,” katanya.