OKI, Gatra.com - Sejumlah jurnalis yang ada di Sumatera Selatan (Sumsel), mengikuti pelatihan jurnalisme lingkungan yang diselenggarakan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang berlangsung di Desa Simpang Tiga Abadi, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), 14-17 November 2022.
Manajer Program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) YKAN, Deni Setiawan menyampaikan, sebagai lembaga yang bergerak dalam konservasi pihaknya menyadari bahwa kegiatan yang bertujuan untuk pelestarian lingkugan tidak dapat dilaksanakan hanya dari pihaknya saja. Program yang dijalankan sendiri melibatkan banyak pihak, termasuk kalangan media atau jurnalis/wartawan.
"Kali ini kami (YKAN) mengajak teman-teman jurnalis. Berharap banyak hal yang tidak tahu tentang kondisi mangrove, tambak dan berkaitan dengan lingkungan, dapat dapat penyadar tahuan melalui tulisan atau berita dibuat kawan-kawan jurnalis," katanya, pada pembukaan Selasa (15/11).
Menurutnya, pada kegiatan (pelatihan) ini kepada jurnalis yang bekerja dari media nasional dan lokal di Sumsel, diberikan pengetahuan soal bagaimana menulis dan juga mengumpulkan data serta pembangilan foto jurnalistik yang berkaitan dengan lingkungan.
"Mudah-mudahan melalui kegiatan ini kita bisaberkontribusi dalam pengelolaan kawasan pesisir agar tetap lestari," ujarnya.
Pada kesempatan ini Deni juga menyebut bahwa bersamaan dengan kegiatan pelatiha jurnalisme lingkungan, YKAN juga melatih pada ibu-ibu untuk mengolah makanan berbahan baku ikan, abon ikan bandeng dan buah nipah. Desa Simpang Tiga Abadi, masyarakatnya bekerja 60-70 merupakan budi daya tambak ikan bandeng dan udang.
Sekdin Perikanan Kabupaten OKI, Eka Nurmayani mengatakan, perikanan banyak berkaitan dengan pesisir yang ada di pesisir, yang memang ada kaitan dengan hutan mangrove. "Jelas itu banyak kepentingan di sana, untuk memenuhi kebuthan ekonomi. Memanag kalau diketahui banyak untuk kepentingan sendiri yang mengancam lingkungan. Nah, melalui kegiatan ini kami berharap bisa memberikan satu pengetahuan sehingga bisa lebih baik," katanya.
Menurutnya, dengan adanya kegiatan seperti ini banyak kesadaran yang tumbuh di masayarakat karena adanya informasi yang yang disampaikan kawan-kawan jurnalis terkait bijak mengelola kawasan pesisir, sehingga memudahkan bagi pihaknya (Pemkab OKI) untuk memberikan arahan dan pengetahua dalam pengelolaan dan penyadar tahuan masyarakat tentang entingnya mangrove utuk psisir.
"Mudah-mudahan melaui pelatihan terhadpa jurnalis dapat memberikan informasi secara perlahan kepada masyarakat. Pasti akan ada manfaatnya," kata wanita yang memiliki beground ilmu kelautan ini.
Sementara, Kades Simpang Tiga Abadi, Samri HM mengatakan, sekitar 60-70 persen warganya merupakan petani tambak (tambak udang dan ikan bandeng) yang dikembangkan secara otodidak (mandiri). Jelas banyak permasalahan yang dihadapi, khususnya mengenai pengembangan untuk peningkatan ekonomi masyarakat.
"Kami menyadari, desa kami ini jauh dari kota. Menuju ke sini kalau dari Palembang, harus naik kendaraan darat kemudian menggunakan speedboat kalau ditotal mencapai 8 jam. Jelas begitu sulit mengakses sehingga berdampak pada pengembangan, karena memang wilayah perairan," katanya.
"Banyak potensi di desa kami. Memang warga di sini masih tradisional, minim pengetahuan, bergerak sesuai dengan kemampuan, apa yang bisa dlakukan itu yang dilakukan tanpa diimbangi dengan knowledge (pengetahuan). Mudah-muidahan dengan banyaknya pihak yang peduli dapat berdampak akan kemajuan desa dan warganya sejahtera," ucapnya.