Solo, Gatra.com - Masjid Raya Sheikh Zayed sebagai hadiah dari Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al-Nahyan untuk Presiden Joko Widodo atas pertemanan keduanya diresmikan, Senin (14/11). Peresmian masjid ini dihadiri langsung oleh keduanya.
Masjid yang berlokasi di Gilingan, Banjarsari, Solo ini diresmikan sebelum kedua pemimpin negara ini menghadiri KTT G20. Keduanya tiba dengan menaiki satu mobil Mercedes Benz tipe S-600 sekitar pukul 07.20 WIB.
Setibanya di lokasi, mereka disambut oleh para jajaran menteri dari Indonesia dan UEA. Menteri-menteri dari Indonesia yang hadir di antaranya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Setiba kedua presiden, rombongan langsung masuk ke masjid. Mereka menyempatkan salat sunah dua rakaat dan menandatangani prasasti. Acara dilanjutkan dengan doa yang dibacakan oleh KH Abdul Karim, salah satu imam besar masjid ini.
Rombongan berada di dalam masjid sekitar 30 menit. Jokowi ddan Mohammed bin Zayed Al-Nahyan kemudian menanam dua bibit pohon sala di depan masjid. Keduanya kemudian berfoto bersama para menteri.
Masjid ini memiliki luas 8.000 meter persegi dan didirikan di atas bekas tanah milik Pertamina dengan anggaran Rp300 miliar. Masjid ini dilengkapi ruang VIP, perpustakaan, rubanah, 82 kubah dan dihias batu alam nan mewah. Dibangun sejak 6 Maret 2021, masjid ini merupakan miniatur ddari Grand Mosque di Abu Dhabi, UEA.
Imam Besar Masjid Sheikh Zayed, KH Abdul Rozak, yang juga Pimpinan pondok Pesantren Al-Muayad mengatakan bahwa masjid ini masih tertutup untuk umum. Sebab masih ada beberapa hal harus diselesaikan sebelum diserahkan oleh pihak kontraktor.
Terkait pengelolaan masjid ini, Abdul Rozak mengaku tidak ada pesan khusus dari Presiden Jokowi atau pemimpin UEA. ”Enggak ada (arahan khusus dari Presiden). Dikelola dengan baik, begitu saja,” ucapnya.
Imam Besar Masjid Sheikh Zayed lainnya, KH Abdul Karim, yang juga pimpinan Pondok Pesantren Az-Zayadiy, mengatakan bahwa mendapat tanggung jawab ini merupakan hal yang sangat penting.
”Kami jaga agar supaya amanat ini bisa kami laksanakan dengan baik. Segera nanti kami mengadakan rapat dengan pengurus lain supaya masjid ini benar-benar bermanfaat bagi semua,” ucapnya.
Gus Karim, sapaan Abdul Karim, mengaku tidak mendapat pesan khusus dari presiden. Dalam pengelolaan masjid ini, empat orang diminta menjadi imam besar.
”KH Abdul Rozak Sofawi (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Muayad), saya , KH Ibrahim, dan KH Agus Maarif. Kemarin saya diminta dari Kemenag untuk menjadi imam besar bersama beliau-beliau,” katanya.