Nusa Dua, Gatra.com – Pemerintah Provinsi Bali mengakselerasi mandiri energi baru terbarukan (EBT) mulai 2022 melalui berbagai regulasi kebijakan serta pembangunan pembangkit menuju ketersediaan energi ramah lingkungan. Rencana Bali Hijau dengan Net Zero Emission (NZE) menargetkan tercapai pada 2045 lebih cepat dari target nasional di 2060.
Akselerasi ini sebagai upaya menjaga komitmen “Bali Compact” yang dihasilkan Energy Transitions Ministerial Meeting (ETMM), di Bali, September 2022 lalu. Forum ini bagian perjalanan Presidensi G20 Indonesia 2022. Komitmen tersebut berisi sembilan prinsip yang menjadi bagian penting dari percepatan transisi energi.
“Percepatan program Bali mandiri energi dengan energi bersih mendukung Indonesua sebagai wujud konkret dari bagian komitmen EBT dalam percepatan transisi energi negara-negara G20,” kata Kepala Bidang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, Ida Bagus Setiawan, kepada Tim Komunikasi dan Media G20, Minggu (13/11).
Baca Juga: Di KTT COP27 PLN Paparkan Strategi Pembiayaan Wujudkan Transisi Energi di Indonesia
Bagus mengatakan Bali dipandang sebagai provinsi pelopor dalam menyiapkan berbagai regulasi dan kebijakan daerah dalam pemanfaatan energi bersih sejalan mendukung bauran energi primer menuju Bali NZE 2045.
Pemerintah mengupayakan percepatan hingga 2022 ini dengan melandasi regulasi yang telah dihasilkan 20 peraturan daerah dan 27 peraturan gubernur. Regulasi tersebut memuat di antaranya kebijakan daerah terkait ketahanan energi dan menjaga keseimbangan alam Bali.
Implementasi kebijakan Pemprov Bali, salah satunya adalah mentransisi bertahap penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar minyak dan batubara menjadi bahan liquid natural gas (LNG) dan energi baru energi terbarukan (EBET). Selain itu bertahap pula merevitalisasi pembangkit-pembangkit lama yang menggunakan fosil menjadi lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: PLTA Kayan Bakal Jadi Legacy Jokowi untuk Energi Bersih
Berdasarkan kajian terahir dari tim penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2022, Bali memiliki potensi EBET terbanyak bersumber dari energi surya. Sumber energi surya ini merupakan yang tertinggi nilainya mampu menghasilan 10.000 mega watt (MW). Kajian itu menyebutkan sumber lain yang dapat digali potensinya di antaranya sampah 37 MW dan tenaga angin 1.000 MW.
Rencana unit pembangkit listrik EBT bertahap dimulai pada 2021-2030. Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Nusa Penida 3,5 MW tahun 2022, Waduk Titab 1,3 MW tahun 2023, Bali barat dan timur masing masing 24 MW di 2023. Kemudian pembangkit listrik yang terhubung Jawa-Bali tersebar 25 MW pada 2030. Target total yang dihasilkan mencapai 154,8 MW.
Percepatan transisi energi sejalan dengan nafas arah kebijaakan Bali melalui “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”. Pola pembangunan menjaga kesucian dan harminisasi alam Bali beserta isinya.