Home Gaya Hidup Maulid Nabi Bidah? Ini Kata Kiai Syarif Rahmat

Maulid Nabi Bidah? Ini Kata Kiai Syarif Rahmat

Depok, Gatra.com – Menghelat acara Maulid Nabi Muhammad SAW masih menjadi polemik bagi sejumlah umat muslim. Pihak yang tidak sependapat, mempunya dali tersendiri, di antaranya bidah karena Nabi tidak melakkan itu.

“Kenapa melakukan peringatan Maulid Nabi? Karena kita mencintai Nabi,” kata KH. Syarif Rahmat, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Ummul Qura, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, ketika menyampaikan ceramah dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW gelaran DKM Almuttaqien, Perumahan Mutiara Sentosa, Pasir Putih, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Minggu (13/11).

Lantas mengapa harus mencintai Nabi Muhammad SAW, lanjut Syarif, karena ingin merasakan nikmatnya ibadah dan menjadi orang Islam. Menurutnya, sesuai sabda Rasullallah Muhammad SAW bahwa ada tiga perkara dan barangsiapa yang dalam dirinya ada tiga perkara tersebut maka akan merasakan manisnya iman.

“Apa manisnya iman? Kalau ketaatan terasa lebih nikmat daripada kemaksiatan. Manisnya iman itu kalau puasa sunah lebih nikmat daripada makan kekenyangan. Manisnya iman itu kalau baca Qur'an lebih nikmat daripada ngomongin orang. Manisnya iman itu kalau salat tahajut terasa lebih nikmat dari pada nonton hiburan,” katanya.

Dengan demikian, kalau membaca Al Qur'an, puasa sunah, salat tahajud, dan melakukan berbagai perbuatan baik lainnya tidak lebih nikmat dari perbuatan-perbuatan di atas, artinya belum merasakan manisnya iman.

“Agar merasakan manisnya iman harus bagaimana? Hendaknya Allah dan rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya,” ujar dia.

Allah tidak larang suami mencintai istrinya, harta, anak, dan lain-lain karena Dia yang menciptakan rasa sayang atau cinta pada manusia atau makhluknya. “Yang tidak boleh itu kalau mencinati itu lebih tinggi daripada cinta kepada Allah dan rasul-Nya.”

Untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, kata Syarif, Rasullallah Muhammad SAW memberikan resep untuk umatnya, yakni dengan banyak melakukan zikir. “Siapa doyan zikir kepada Allah, terbuka untuknya untuk mencintai Allah,” ucapnya.

Ketika orang berzikir, berselawat, atau berdoa, malaikat akan mengikuti dan mengaminkan agar Allah mengabulkan permohonan tersebut. “Malaikat itu ikut menjadi tim suskses, tapi  berbeda dengan tim sukses caleg,” katanya.

Ia menjelaskan, malaikat melaporkan kepada Allah tentang kegiatan ibadah yang dilakukan hamba-Nya. Malaikat mengatakan, ada manusia sedang berzikir, meminta ampun, dan meminta dimasukkan surga. “Begitu indahnya kumpul, zikir di majelis taklim, kok ada yang bilang bidah,” ucapnya.

Syarif menyampaikan dahsyatnya zikir. Ia lantas mengungkapkan kisah sejumlah orang-orang terdahulu yang melakukannya. Pertama, Nabi Adam yang kemudian berzikir dan bertobat setelah tergelincir karena rayuan Setan. Mereka dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke Bumi.

“Istrinya jatuh di Jeddah, Adam di India. Adam bertobat dan diterima tobatnya. Adam baca robbana ya robbana, zholamna angfusana wailam tagfirlana, watarhamna lanakuunanna minal khosirin,” kata dia.

Allah mengabulkan tobat dan doa Nabi Adam. “Akhirnya, tanpa share lock, tanpa Google map, Adam digiring kakinya sampai Jabal Rahmah bertemu bininya. Rukun kembali rumah tangganya, stabil kembali ekonominya, bahagia lagi hidupnya karena baca istigfar. Makanya kalau seret rezeki, sulit ekonomi, tobat baca istigfar,” ucap dia.

Selajutnya, kisah Nabi Yunus yang dimakan ikan paus atau nun ketika terombang-ambing di tengah lautan. Dia selamat karena bertasbih. “Insyaallah habis gelap terbitlah terang. Itu ampuhnya tasbih,” ungkapnya.

Adapun kisah Nabi Ibrahim AS yang tidak apa-apa dibakar api oleh Raja Namrud karena dia berdoa, “Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wani'mannasir.” Artinya, “Cukuplah bagi kami Allah, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami.”

Adapun kisah Nabi Zakaria yang usianya 120 tahun dan istrinya 79 tahun, kata Syarif, belum juga dikaruniai keturunan alias anak. Dia lantas berdoa, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), sedang Engkau adalah sebaik-baik waris. Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisis-MU, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”

Penyerahan santunan kepada anak yatim piatu di Perumahan Mutiara Sentosa, Pasir Putih, Depok, Jabar. (GATRA/Iwan Sutiawan)

Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dan menyatakan bahwa Zakaria akan mempunyai anak bernama Yahya. Zakaria sempat bertanya, bagaimana bisa mempunyai keturunan karena usianya sudah tua dan istinya mandul sejak muda. Namun itu bukan hal sulit bagi Allah.

“Agar punya anak, gampang. Syaratnya, pertama; wajib orangnya sudah kawin, dan syarat utamanya wajib istri sendiri, tidak bicara dengan umat manusia selama tiga hari tiga malam kecuali dengan isyarat tangannya,” kata Syarif.

Selanjutnya, memperbanyak zikir kepada Allah dengan membaca “Lailahaillallah”. “Jangan ngobrol tapi berdoa, tidak ngobrol tapi berzikir. Setelah diamalkan oleh Nabi Zakaria selama tiga hari tiga malam, tiba-tiba sang nenek umur 80 tahun hamil. Kalau ada umur 80 tahun heboh enggak? Viral enggak? Kenapa nenek bisa hamil, karena Zakaria sebagia suamainya membaca tasbih,” katanya.

Syarif menyimpulkan, agar bisa merasakan manisnya iman maka harus mencintai Allah. Caranya, dengan memperbanyak zikir. ”Kalau mau nikmat ibadah, maniskan iman. Kalau mau manis iman, cintai baginda Nabi Muhammad SAW,” ucapnya. 

Penceramah lainnya, Abubakar Alatas, menyampaikan, Maulid Nabi Muhammad SAW adalah salah satu cara untuk mengingat Beliau. Menurutnya, manusia itu harus banyak diingatkan karena kerap lalai.

“Hakikat manusia tempat salah dan lupa. Buktinya, manusia dikasih peringatan sehari 5 kali tetap saja lalai. Lima kali ada peringatan untuk menghadap Allah SWT, masih lalai,” ujarnya.

Allah sangat memuliakan Nabi Muhamad SAW. Sedangkan soal adanya dalil bahwa bidah karena Beliau tidak melakukan Maulid Nabi seperti yang dilakukan saat ini, Abubakar Alatas mengatakan, Beliau tidak melakukannya seperti saat ini, tetapi dengan cara puasa pada hari Senin.

“Ketika ditanya kenapa puasa hari Senin? Di hari Senin itu aku dilahirkan dan Al-Qur'an diturunkan kepadaku. Itu wujud syukur Nabi, tapi itu zaman Nabi,” katanya.

Menurutnya, para ulama melihat perkembangan zaman dan mempunyai taktik tersendiri dalam dakwah. Salah satunya dengan menggelar Maulid Nabi Muhammad SAW. “Secara dhohir [nyata] ini kelihatannya sesuatu yang baru, tapi secara hakikat, kegiatannya di zaman Nabi ada. Kita di sini zikir kepada Allah SWT, zaman Nabi para sahabat ketika kumpul ada zikir enggak? Ada. Kita salawat kepada Nabi SAW. Pada zaman dahulu membacakan sejarah Nabi, kita membaca sejarah Nabi dengan kegiatan maulid,” katanya.

Dalam acara ini, DKM Almuttaqien memberikan santunan kepada anak yatim dan piatau di lingkungan Perumahan Mutiara Sentosa. Santunan secara simbolis diserahkan oleh Ketua DKM Almuttaqien, Yusuf Ahmadi.

Selepas itu, dilakukan penyerahan hadiah sejumlah lomba, yakni tartil Qur'an, mewarnai masjid, kaligrafi, dan azan. Untuk tartil Qur'an kategori remaja, pemenang pertama diraih Ahya Zepa Anindiya, kedua Alezia Arifia Nindi, dan ketiga Qorisiyah.

Sedangkan untuk tartil Qur'an kategori anak, juara pertama diraih Fauziah Rafika Delisah, kedua Anita, dan ketiga, Salma. Kemudian untuk lomba mewarnai masjid, juara pertama dimenangkan Adiva, kedua Ulwan, dan ketiga Kiana.

Adapun untuk lomba kaligrafi, juara pertama diraih Adiba, kedua Talita, dan ketiga Faikri Raksan Widayat. Sedangkan untuk lomba azan kategori remaja, juara pertama dimenangkan Rio, kedua Abdullah Faqih. Terakhir, untuk lomba azan kategori anak, juara pertama diraih Faiqri Raksan Widayat, kedua Triska, dan ketiga Danis.

Yusuf Ahmadi mengajak hadirin untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan meneladani Nabi Muhammad SAW dalam menjaga kerukunan dan persaudaraan sebagimana tema Maulid Nabi kali ini “Keteladanan Rasulallah SAW dalam Menjaga Kerukunan dan Persaudaraan”.

Selain itu, Yusuf juga mengajak umat muslim di Mutiara Sentosa untuk memakmuarkan masjid dan meningkatkan perannya sebagai pusat siar Islam, bukan hanya sebagai tempat ibadah wajib atau fardu.

“Agar senantiasa siar Islam di lingkungan kita bertambah dan maksimal, tanpa kita melihat warna dan perbedaan maupun latar belakang kita," ujarnya.

Sementar itu, Ketua RW 011 Perumahan Mutiara Sentosa, Prati Sulistiawan, mengharapkan hadirin dapat melaksanakan pesan-pesan yang disampaikan oleh para penceramah. “Untuk kehidupan kita sehari-hari dan meningkatkan kecintaan kita kepada Rasullallah,” ucapnya.

334