Jakarta, Gatra.com - Perupa, penyair sekaligus jurnalis, Yusuf Susilo Hartono menggelar pameran bertajuk Among Jiwo: Retrospeksi 40 Tahun Berkarya yang dilaksanakan hari ini, Rabu (9/11) sampai Minggu (13/11) di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.
Menurut Yusuf, Among Jiwo adalah sebuah jalan, jika dalam bahasa Jawa “manekes” yang berarti menemukan jati diri.
"Dalam arti mencari ke dalam diri sendiri. Maka, Among Jiwo itulah ngedan “versi saya”, sebagai metode berfikir, merasa, dan kerja kerja kreatif khususnya di seni rupa, sastra, jurnalistik,” ucap Yusuf saat ditemui pada pameran Among Jiwo di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (9/11).
Selama 40 tahun berkarya, YSH sapaan akrabnya sudah menghasilkan karya berupa sketsa, gambar, dan lukisan yang dibuat dari medium berbeda-beda seperti kopi, cat air, pensil, hingga aklirik pun ia coba. Aneka medium tersebut digunakan sesuai obyek yang akan dilukis atau digambar.
Kemudian dalam 40 tahun itu pula yang membat Yusuf menjadi saksi dari transformasi kebudayaan di Indonesia mulai dari era Orde Baru, awal Reformasi sampai era pemerintahan Joko Widodo.
Kurator pameran Among Jiwo, Anna Sungkar tak berpaling ketika melihat karya seni dari Yusuf yang ditampilkan hari ini hingga ia tak bisa memilih mana karya Yusuf yang paling bagus.
"Karena hampir seluruh gambar berkualitas baik, secara teknis maupun estetik. Mata saya silau ketika melihat drawing sebagus Ayahku Berblangkon (2006) atau Aku (2003), misalnya. Efek yang sama saya rasakan ketika pertama kali melihat drawing Aku (2000) dan Istriku (1987). Dua panel yang dijadikan satu, dan Ayah Tidur yang sedang berselonjor dibuat tahun 1996," tambah Anna.