Jakarta, Gatra.com - Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Khairul Mahalli mengatakan bahwa proyeksi ekspor di tahun 2023 akan meningkat. Ia menilai bahwa pasar di Asia Tenggara masih cukup baik.
"ASEAN cukup manis, seperti Brunei, Malaysia juga. Banyak kebutuhan di luar. Ini harus bisa dimanfaatkan," katanya saat ditemui usai penandatanganan kesepakatan antara GPEI dan CRIF di Jakarta, Rabu (9/11). CRIF adalah perusahaan asal Italia yang menyediakan informasi bisnis, solusi risiko kredit, dan biro kredit, berskala global dengan pengalaman selama lebih dari 30 tahun.
Baca juga: Belum Jemput Paksa, KPK Akan Periksa Kesehatan Lukas Enembe di Papua
Sejauh ini, ia menilai bahwa sektor pertanian, peternakan, serta perikanan akan menjadi sektor yang tumbuh positif.
"Makanan kebutuhan utama. Pertanian, peternakan, perikanan harus ditingkatkan karena kebutuhan dunia. Tuna dari Maluku, Papua, ekspor ke Jepang," ucapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa rempah menjadi salah satu komoditas yang harus ditingkatkan. Menurutnya, lada sebagai salah satu jenis rempah perlu disebarluaskan di pasar dunia. Melalui rempah, ia menilai bahwa kejayaan rempah yang pernah diraih Indonesia bisa dicapai kembali.
Namun, ia memberi catatan bahwa cost logistic perlu menjadi perhatian dalam ekspor barang. Hal ini dilakukan agar produk bisa berdaya saing. Jika harga barang sudah murah, selama cost logistic masih tinggi, maka sulit untuk membuat produk berdaya saing.
Baca juga: Eksklusif: Kata TPNPB-OPM Atas Tewasnya Tokoh Papua Merdeka Filep Karma
"Cost logistic yang membuat produk tidak bisa bersaing. Keterbukaan penting, berapa tarif yang jelas. Tidak ada kata pesimis, optimis ekspor di 2023 baik," tegasnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dibanding Juli 2021, nilai ekspor naik sebesar 32,03%. Ekspor produk pertanian, kehutanan, dan perikanan pada Juli 2022 naik 4,27% dibandingkan pada Juni 2022.
Sementara, pada Agustus 2022, perkembangan ekspor Indonesia mencapai US$27,91 miliar atau naik 9,17% dibanding ekspor Juli 2022. Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Agustus 2022 terhadap Juli 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$904,7 juta (25,40 persen), serta terjadi peningkatan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan sejumlah 17,14%.