Home Politik Jelaskan Ide Tata Dunia Baru Soekarno, Megawati Kisahkan Dialog dengan Presiden Bush

Jelaskan Ide Tata Dunia Baru Soekarno, Megawati Kisahkan Dialog dengan Presiden Bush

Jakarta, Gatra.com - Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri mengisahkan dialognya dengan Presiden ke-43 Amerika Serikat (AS) George Walker Bush terkait rencana negara itu menyerang Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein.

Kisah itu disampaikan Megawati saat memberikan sambutan secara virtual dalam opening ceremonu acara 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective', di Gedung ANRI, Jakarta, Senin (7/11).

Awalnya, Megawati mengatakan bahwa gerak mewujudkan tata dunia baru yang bebas dari segala bentuk penjajahan, tidak pernah mengenal kata akhir. Satu tahun sebelum gerakan nonblok, proklamator RI, Soekarno, menyampaikan pidato di PBB yang dikenal dengan sebutan “To Build The World A New”, atau "Membangun Tata Dunia Baru".

Namun menurut Megawati masih ada persoalan, yakni bagaimana mewujudkan apa yang diminta oleh Soekarno dalam pidato itu.

Soekarno dengan gamblang mengusulkan restrukturisasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Lalu usul memindahkan Markas PBB ke negara netral, di luar wilayah ketegangan perang dingin pada waktu itu. Selain itu, Soekarno mengusulkan perubahan Piagam PBB dengan memasukkan prinsip-prinsip Pancasila.

Soekarno juga menegaskan bahwa masa depan dunia tidak boleh ditentukan hanya oleh negara yang memiliki hak veto di PBB. Setiap bangsa harusnya diberi kehormatan yang sama.

“Berbagai perubahan fundamental atas lembaga dunia PBB tersebut sangat diperlukan karena Perserikatan Bangsa-Bangsa dinilai sudah tidak mampu meredam konflik. Padahal kan sebenarnya, kalau bisa yang memutuskan itu PBB,” kata Megawati.

Dia lalu memberi contoh dialognya dengan Presiden Amerika George Bush. Bush mengatakan akan menyerang Irak dengan cara kilat. Megawati menjawab AS seharusnya mendapatkan izin dari PBB. Megawati lalu mempertanyakan maksud serangan kilat oleh AS ke Irak.

“Saya kan mesti tahu dong, ini juga karena saya harus juga berbicara mengenai Pancasila dan juga dengan Dasa Sila Bandung-nya, karena saya berkewajiban sebagai Presiden Republik Indonesia, karena saya tidak setuju bahwa sebuah negara akan melakukan sebuah penyerangan. Itu kayanya idenya seperti zaman Jerman mengatakan Blitzkrieg, perang cepat. Saya pikirnya begitu," kata Megawati.

Bush, diceritakan Mega, sedikit emosi dan mencurigai Mega yang membela Saddam Husein. Mega menegaskan ia tak membelanya, tetapi membela rakyat Irak yang akan lebih menderita.

"'Jadi kalau kamu berpikir bahwa kamu nggak cocok dengan Saddam Husein, sudahkah ada ahli Islam-mu yang harusnya menerangkan, Saddam Husein itu siapa' saya bilang begitu. Tapi akhirnya tetap saja toh diserang,” kata Megawati.

Dari contoh itu, Megawati menilai, wajar jika dianggap PBB tidak bisa lagi meredam konflik. Apalagi dengan makin meningkatnya teknologi, termasuk sebagai ancaman senjata pemusnah.

Lebih lanjut, Megawati mengatakan struktur PBB dianggap sudah tidak relevan, karena struktur Dewan Keamanan PBB tidak sesuai lagi dengan cara pandang seperti pada tahun 1960 di mana solidaritas, kerja sama antar bangsa, dan pembangunan ekonomi lebih dikedepankan.

“Tidak lagi melihat siapa kamu, siapa dia, kamu harusnya begini, sana harusnya begitu. Sehingga, umat manusia itu juga bisa bersama. Jadi saya berkeyakinan bahwa apa yang telah disampaikan oleh Bung Karno sebagai Bapak Bangsa itu, pikirannya itu lho sampai begitu multi dimention," dia menjelaskan.

94