Palembang, Gatra.com - Teater Potlot lagi-lagi mengambil andil dalam merefleksi bentang alam dan budaya di Sumatera Selatan (Sumsel), lewat pertunjukkan teater dengan tajuk Merawat Sungai dari Dapur Ibu, teater tersebut dipentaskan di Taman Budaya Sriwijaya Sumsel Jakabaring, Kota Palembang, Senin, (7/11).
Dapur Ibu dan Anak-anaknya merupakan naskah yang ditulis oleh Seniman Kota Palembang, yaitu mendiang Conie Sema (alm) dan Taufik Wijaya, yang merupakan representatif kehidupan. Bagi masyarakat Sumsel, Sungai Musi yang memiliki sembilan aliran ini dikenal sebagai rahim kehidupan, di mana di situlah segala kegiatan dilakukan. Mulai dari mencuci dan memasak.
Hal tersebut dikatakan oleh Penulis sekaligus Sutradara Teater Potlot, Taufik Wijaya mengatakan, jika Ibu atau sungai akan melahirkan anak-anaknya yang juga disimbolkan sebagai Pindang, salah satu masakan khas Sumsel.
"Jika berbicara soal Ibu dan Anak-anaknya maka kita akan berbicara soal kehidupan. Jika dapur mengalami krisis maka anak-anaknya juga akan mengalami krisis. Pindang ini kan hasil dari dapur, nah bagaimana kondisi dapur hari ini," katanya kepada Gatra.com.
Taufik melanjutkan jika dapur atau sungai hari ini telah kehilangan marwahnya sebagai kehidupan masyarakat.
"Dapur kita yaitu Sungai, hari ini sudah berisi sesuatu yang bersifat instan dan tidak lagi lokalis. Mengapa itu terjadi, karena ada kerusakan bentang alam. Artinya, pindang ini adalah salah satu bentuk upaya untuk penyelamatan," katanya lagi.
Bahkan, lakon yang ditunjukkan pada saat pentas, Ia menyebut jika itu yang akan terjadi jika dapur acak-acakan. "Dalam pertunjukan ini, kita ingin memberikan pesan bahwa ibu bukanlah gender, tapi adalah nilai-nilai. Dialah yang menjaga dapur, jika ibu tiada maka semuanya akan rusak," tuturnya.
Begitupun juga bentang alam yang ada di Sumsel, Ia mengatakan jika bentang alam rusak, maka semuanya juga akan rusak. "Jika bentang alam rusak, maka dapur rusak dan anak-anak juga akan rusak," pungkasnya.