Jakarta, Gatra.com - Awal pekan kedua November ini, nilai tukar Rupiah ditutup menguat 30 poin ke level Rp15.707 per Dolar Amerika Serikat (AS). 

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyatakan penguatan nilai tukar Rupiah sore ini didorong kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 di Cina. Diketahui bahwa negeri yang dipimpin oleh Xi Jinping itu sangat ketat soal kebijakan nol-Covid-19 membuat kekhawatiran pelemahan ekonomi negeri tirai bambu semakin meningkat.

"Pertumbuhan ekonomi China melambat tajam tahun ini karena hambatan dari penguncian COVID. Tren ini sekarang diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang  ," jelas Ibrahim dalam keterangannya, Senin (7/11).

Penguatan nilai tukar Rupiah kali ini beriringan dengan laporan kinerja ekonomi RI kuartal III tahun 2022 yang kian gemilang. Teranyar, Badan Pusat Statistik pada hari ini mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI di kuartal III tahun 2022 mencapai 5,72 % persen naik 5,44 % (year on year) secara tahunan.

"Ini menandakan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan trennya semakin kuat," katanya.

Adapun secara sektoral, pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III tahun 2022 ditopang oleh industri, pertambangan, pertanian dan perdagangan. Selain itu, tingkat konsumsi domestik tetap dominan dalam pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun 2022.

"Peningkatan konsumsi swasta dan investasi, khususnya non bangunan, juga tetap kuatnya ekspor serta daya beli masyarakat yang masih terjaga di tengah melonjaknya inflasi," terang Ibrahim.

Capaian kinerja ekonomi di kuartal III ini, sebut Ibrahim, mengungguli kinerja ekonomi negara maju di Eropa dan Singapura. Kendati, RI masih tertinggal jauh dengan Vietnam yang mencatat pertumbuhan ekonomi hingga dua digit yakni di level 13,7 persen pada kuartal III tahun 2022.

Adapun pada perdagangan besok, Ibrahim memprediksi nilai tukar Rupiah akan dibuka berfluktuasi namun akan ditutup melemah di rentang Rp15.680 - Rp15.740 per dollar.