Jakarta, Gatra.com - Sopir ambulans Ahmad Syahrul Ramadhan mengungkapkan, ada anggota Provos Polri yang memintanya mematikan sirine ambulans saat memasuki tempat kejadian peristiwa (TKP) penembakan Brigadir J di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7) silam.
Hal tersebut terungkap, saat Ahmad Syahrul menjelaskan kronologi kedatangannya ke TKP dengan membawa ambulans, pasca penembakan terjadi. Saat itu, ia mengaku mendapatkan panggilan dari kantornya, yakni PT Bintang Medika, untuk melakukan evakuasi ke suatu alamat yang telah mereka kirimkan.
Namun, kata Ahmad Syahrul, ketika ia tengah membuka Google Maps untuk melihat lokasi pasti evakuasi, ia menerima pesan dari nomor tak dikenal di aplikasi pesan instan WhatsApp-nya pada pukul 19.13 WIB. Isi pesan pada WhatsApp itu memintanya untuk mengirimkan lokasi terkini (live location).
"(Saat saya) sampai di (Rumah Sakit) Siloam Duren Tiga, ada orang yang enggak dikenal mengetuk kaca mobil (dan) bilang, 'Mas, Mas, sini, Mas, saya yang pesan ambulans'. Oh, langsung saya ikuti. Beliau naik motor," jelas Ahmad Syahrul, dalam sidang pemeriksaan saksi-saksi terhadap Bharada E, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf, pada Senin (7/11).
Setelahnya, kata Ahmad Syahrul, ia pun bergerak mengikuti sepeda motor tersebut untuk kemudian masuk ke sebuah komplek perumahan. Ia pun mengaku, mobil ambulansnya sempat diberhentikan oleh anggota Provos.
Baca juga: Jaksa Sita Eksekusi Rumah Mewah dan Tanah Bentjok
Anggota Provos itu pun kemudian menanyai Ahmad Syahrul mengenai tujuan dan alasannya datang ke komplek tersebut. Namun, setelah ia menjelaskan bahwa ia mendapat arahan untuk melakukan evakuasi, ia pun dipersilakan untuk memasuki kawasan komplek tersebut.
"Lalu, katanya 'Ya sudah, Mas, nanti lurus saja ikutin. Nanti diarahkan. Minta tolong semua protokol ambulans dan sirine dimatikan'," ujar Ahmad Syahrul, sambil meniru kalimat anggota Provos tersebut.
Setelahnya, Ahmad Syahrul pun mengaku bahwa ia mengikuti perintah anggota Provos tersebut, hingga akhirnya tiba di titik penjemputan, yakni sebuah rumah yang telah diramaikan oleh sejumlah anggota Polri. Ia kemudian memarkirkan mobilnya di garasi, di mana terletak dua mobil lain, sehingga tak cukup tempat untuk mengeluarkan tempat tidur dari dalam ambulansnya.
"Saya bilang ke bapak-bapak yang di lokasi, 'Pak, izin, karena enggak muat, saya bawa tandu aja'. (Dia bilang), 'Oh, ya sudah, Mas, enggak apa-apa'. Terus (saya) langsung masuk ke dalam rumah. Sampai di dalam rumah saya kaget karena ramai dan banyak juga kamera," jelasnya.
Baca juga: Terkait Tragedi Kanjuruhan, LPSK Terima 20 Permohonan Perlindungan Saksi
Keterkejutan Ahmad Syahrul itu rupanya tak berakhir di sana. Pasalnya, ketika ia masuk ke dalam rumah, ia masih belum mengetahui apa yang akan dievakuasinya. Ia bahkan sempat mengira bahwa ia hanya akan menjemput seorang pasien sakit.
"Lalu, saya jalan melewati garis police line. Habis itu, saya terkejut, ada satu jasad jenazah di samping tangga," ujar Ahmad Syahrul.
Setelah memeriksa denyut nadi jenazah tersebut, Ahmad Syahrul pun bertolak ke Rumah Sakit Polri pada pukul 19.19 WIB, dengan ditemani oleh salah seorang anggota Provos yang ikut di dalam ambulans.