Jakarta, Gatra.com - Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Capt. Nurcahyo Utomo, mengungkapkan, ada perubahan di kokpit sebelum pesawat Sriwijaya Air SJ-182 kecelakaan.
“Selama penerbangan ini, terdapat beberapa perubahan di kokpit, antara lain perubahan posisi thrust lever," katanya dalam RDP Komisi V DPR RI dengan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI dan KNKT di Gedung Nusantara DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (3/11).
Baca Juga: 35 Ahli Waris Korban Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Terima Ganti Rugi
Selain itu, terdapat perubahan penunjuk indikator mesin karena tenaga mesin kiri berkurang. Sedangkan tenaga mesin yang sebelah kanan tidak berkurang.
Nurcahyo melanjutkan, perubahan arah pesawat yang tadinya berbelok ke kanan menjadi datar dan belok ke kiri. Ini berdasarkan gambar di Electronic Attitude Direction Indicator (EADI).
“Perubahan-perubahan ini tidak disadari oleh pilotnya. Kami kebetulan dari cockpit voice recorder yang ditemukan, kami mendapatkan bahwa suara kaptennya tidak terekam. Kami tidak bisa menentukan mengapa suara kaptennya tidak terekam,” ujarnya.
Namun demikian, terdapat dugaan bahwa kaptennya tidak menggunakan headset. Dalam kokpit juga terdapat microphone yang KNKT harapkan dapat merekam suara apa pun.
Nurcahyo menyayangkan, ternyata channel-nya tertutup noise atau suara bising pada ukuran 400 Hz, sehingga suara pembicaraan tidak bisa direkam.
“Jadi, dari cockpit voice recorder ini, kita tidak bisa menganalisa bagaimana kerja sama di cockpit, apa saja perintahnya kapten kepada co-pilot. Namun, suara co-pilot bisa kita dengar sepanjang waktu. Suara dari pengatur lalu lintas udara juga bisa kita dengar,” ungkapnya.
Menurut Nurcahyo, KNKT mengasumsikan bahwa pilotnya percaya kepada sistem otomatisasi di dalam pesawat.
Pesawat berbelok ke kanan pada saat pesawat berbelok ke kiri karena merupakan perintah kemudi untuk membuka aileron dan flight spoiler. Namun, kedua elemen dalam sayap tersebut masih kalah tenaganya dengan mesin, sehingga pesawat kemudi berbelok ke kanan.
Posisi tersebut kemudian diasumsikan oleh pilotnya bahwa pesawatnya sedang belok ke kanan, namun kepercayaan terhadap otomatisasi atau complacency mencari informasi yang mendukung opini KNKT.
Baca Juga: Pilot Sriwijaya Air SJ182 Berdarah Minang, Dikenal Agamis
Kurangnya monitoring pada instrumen dan posisi kemudi yang miring ke kanan mungkin telah menimbulkan asumsi bahwa pesawat miring ke kanan sehingga tindakan pemulihan tidak sesuai.
KNKT juga menyayangkan belum ada aturan tentang UPRT yang berpengaruh terhadap pelatihan yang dilaksanakan maskapai.