Home Lingkungan Punya Energi Baru, Desa Pendem Tak Khawatir Resesi dan Krisis Energi

Punya Energi Baru, Desa Pendem Tak Khawatir Resesi dan Krisis Energi

Karanganyar, Gatra.com - Pemanfaatan energi baru terbarukan di Desa Pendem, Kecamatan Mojogedang Karanganyar Jateng mengawali upaya warga di lereng Gunung Lawu itu dalam menghadapi resesi ekonomi dan krisis energi. Berbekal limbah peternakan dan industri tradisional pembuatan tahu, sedikit demi sedikit penduduk desanya mengurangi ketergantungan subsidi dari pemerintah.

Dari sisi pertanian, sekitar 75 persen lahan pertanian Desa Pendem menggunaka pupuk organik. Para petani memilih beralih dari pupuk kimia bersubsidi. Pupuk organiknya diproduksi secara mandiri di kandang mandiri maupun komunal. Kemandirian di desa terpencil ini mendapat apresiasi dari pemerintah. Cabang Dinas ESDM Provonsi Jawa Tengah melalui edukasi dan bimbingan teknis pemanfaatan EBT menjadikannya Desa Percontohan ‘Mas Abi’, yakni masyarakat sadar biogas.

“Dulu disini desa tertinggal. Namun kami bangkit secara mandiri membuat pupuk organik dari kandang. Enggak lagi tergantung pupuk urea bersubsidi. Selain itu, sudah 15 titik kandang komunal dipasang biogas. Keperluan dapur untuk memasak, enggak lagi pakai gas. Listrik juga pakai biogas. Sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan subsidi energi dari pemerintah,” kata Kades Pendem, Mardiyanto kepada wartawan, Kamis (3/11).

Dengan dijadikannya desa percontohan, Pemprov Jateng memberi bantuan pembangunan empat titik fasilitas biogas. Tiga diantaranya kandang sapi rumah tangga dan satu lokasi sentra produksi tahu. Mardiyanto menanti bantuan lanjutan 25 fasilitas biogas di tahun 2023.

Kabid Minerba Cabang Dinas ESDM Pemprov Jateng, Agus Sugiharto mengatakan terdapat 200 lebih titik potensial pembuatan biogas di Desa Pendem. Desa Pendem dijadikan percontohan ‘Mas Abi’ karena memiliki sumber daya potensial dan minat masyarakatnya bagus.

“Masyarakat di Pendem sadar biogas. Sudah saatnya semua sadar penggunaan energi baru dan terbarukan. Seluruh dunia mulai habis energi fosilnya. Sedangkan ancaman tahun gelap 2023 akibat resesi harus disikapi serius. Subsidi negara ini untuk energi capai Rp200 triliun, lama-lama bangkrut,” katanya.

Ketua Komisi B DPRD Jawa Tengah, Sumanto mengatakan saatnya pemerintah bersama masyarakatnya memanfaatkan energi lingkungan yang terbarukan. Pemerintah mendukung oenuh upaya membangun sistem green energi.

“Dulu pembangunan sistemnya di komunal. Sekarang mulai merambah tingkat rumah tangga. Didorong untuk kesadaran sendiri agar mencukupi kebutuhan energi secara mandiri tanpa subsidi pemerintah,” katanya.

325