Home Kesehatan Covid-19 XBB dan XBC Diduga Lebih Parah dari Omicron

Covid-19 XBB dan XBC Diduga Lebih Parah dari Omicron

Jakarta, Gatra.com- Ketua Satgas Covid IDI, Dr dr Erlina Burhan, SpP(K) menghimbau kepada masyarakat luas untuk lebih berhati-hati terhadap virus covid varian baru yang bermutasi dari omicron yakni XBB dan XBC.

"Gejala dan tingkat keparahan hingga saat ini di virus covid varian XBB dan XBC sebenarnya mirip dengan Omicron yang gejala awalnya adalah demam batuk, tenggorokan sakit, diare, muntah. Sedangkan bagi yang bergejala anosmia dan ageusia yang merupakan gejala khas delta mungkin dapat terjadi di varian XBC," katanya dalam konferensi pers media briefing: Update Kasus Covid dan Rekomendasi Terbaru IDI, Kamis (3/11).

Selain itu, Dr Erlina juga mewanti-wanti kepada masyarakat untuk segera vaksin booster dikarenakan menurut data hasil booster yang diberikan kepada masyarakat masih jauh dibawah target dengan 27%, sedangkan untuk vaksin pertama dan kedua sudah diatas target dengan 87% untuk yang vaksin pertama dan 73% untuk yang vaksin kedua.

"Kita juga meminta kepada pemerintah untuk support vaksin dosis ketiga dikarenakan beberapa faskes sering kehabisa stok vaksin," ungkapnya.

Virus varian baru covid-19 XBB Subvariant merupakan keluarga dari Omicron yang berkembang dan bermutasi sehingga penyebarannya juga lebih cepat dibandingkan dengan omicron itu sendiri.

Namun meskipun terdapat risiko gejala klinis yang ditimbulkan dapat lebih berat, namun belum ada bukti ilmiah mengenai perbedaan kemampuan penularan dan keparahan gejala.

Lebih lanjut, dr Erlina juga menegaskan kepada para lansia untuk menjaga kesehatan lebih lagi, karena jika sudah bergejala varian XBB dan XBC wajib memerlukan perawatan di Rumah Sakit terdekat.

"Di Indonesia sendiri sudah ditemukan di awal Oktober di NTT, di Jakarta juga sudah ada dan kasusnya sekaranh diatas 10 orang. Harus hati-hati dan perketat prokes," urainya.

Sebagai informasi, Virus covid-19 varian XBB dan XBC Subvariant rekombinan Omicron tipe BA.2.10.1 dan BA.2.75 dengan mutasi S1 dan 14 mutasi tambahan di protein spike BA.2.

240