Palembang, Gatra.com - Pergerakan harga karet dalam tiga bulan terakhir sedang dalam tren menurun. Kini, harga karet TSR20 di bursa berjangka Singapore SGX - Sicom per 1 November 2022 tercatat US$115,5 per Kilogram (Kg). Angka tersebut lebih rendah dibanding perdagangan hari sebelumnya yang berada di angka SGX US$117,3 per Kg.
Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Rudi Arpian, mengatakan dengan pergerakan tersebut tentu tingkatan harga saat ini sudah pada posisi rugi. Sebab, idealnya harga 1 Kg karet itu sama dengan harga 1 Kg beras.
Sedangkan harga saat ini di tingkat petani harga 1 Kg beras sama dengan harga 2 Kg karet. Ini menandakan bahwa harga karet sudah mencapai titik terendahnya,” ujarnya di Palembang, Selasa (1/11).
Menurutnya, secara tahunan, rata-rata perdagangan harga karet dalam lima tahun terakhir dalam tren naik. Sementara untuk pantauan harga secara bulanan, transaksi dalam 12 bulan terakhir cenderung menyusut.
“Tertinggi, harga rata-rata bulanan komoditas karet pernah tercatat yakni pada Februari 2022 diharga SGD 179,57 per Kg,” katanya.
Dikatakannya, penurunan itu dipicu kekhawatiran akan resesi global, krisis pangan dan krisis energi di sejumlah negara, terutama tiga besar konsumen utama karet dunia yaitu Cina (41,2%), India (8,7%) dan USA (6,7%). “Faktor Cina ini cukup dominan mengingat negara ini adalah konsumen karet nomor satu dunia. Kalau permintaan turun, maka harga akan mengikuti,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, pabrik pengolahan karet di Sumsel saat ini mengalami tekanan yang semakin berat. Mengingat penurunan harga terus tak terbendung dan sementara bahan baku juga semakin berkurang karena sebagian petani karet beralih ke pekerjaan lain yang dianggap lebih menguntungkan.
Harga saat ini mendekati harga pada tahun 2001, dimana harga karet di pasar internasional tercatat hanya US cent 0,46 per Kg, pemimpin tiga negara penghasil karet utama, Thailand, Indonesia dan Malaysia telah melakukan pertemuan pada 12 Desember 2001 di Bali guna membahas langkah-langkah dan upaya untuk menahan laju penurunan harga lebih lanjut yang menghasilkan Deklarasi Bali (Bali Concorde) dilanjutkan dengan pendirian International Tripartite Rubber Corporation (ITRC).
Ia menjelaskan, kondisi saat ini pengurus Asosiasi UPPB Nasional dan petani karet seluruh Indonesia sangat berharap dari high level melakukan pertemuan darurat tingkat tinggi dan segera melakukan emergency action secepatnya untuk mengambil langkah-langkah menjaga harga karet pada tingkat yang remunerative (menguntungkan).
“Kalau penurunan harga karet terus berlangsung akan memberikan dampak multiplayer efek yang serius terhadap perekonomian Sumsel dan Indonesia pada umumnya,” katanya.