Jakarta, Gatra.com - Sekelebat impian untuk bisa berkuliah di luar negeri berada di angan-angan Fakhri Ghiffari, Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada (UGM), ini sudah sejak lama membayangkan bagaimana rasanya bisa melanjutkan studi di negara lain.
Membuka lebih luas cakrawala pengetahuan jadi salah satu alasan Fakhri untuk berkuliah diluar negeri. Sesuatu yang tak sepenuhnya bisa ia dapatkan, jika hanya mengenyam bangku sekolah di tanah air.
Kesempatan itu akhirnya hadir tatkala Kemendikbudristek menggagas kebijakan Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Bagian dari payung besar kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ini menghendaki mahasiswa Indonesia untuk berkesempatan menjajal berkuliah di universitas ternama dunia dalam satu semester.
Kesempatan ini pun tak disia-siakan Fakhri, ia sudah memantapkan pilihan. Boston University (BU) di Massachuceets, Amerika Serikat, lah yang jadi universitas tujuannya. “Karena keuntungannya ngambil kuliah yang ada di Boston ini proximity-nya dekat dengan universitas unggul seperti Harvard maupun MIT,” ujar Fahri dalam sebuah talkshow daring, beberapa waktu lalu.
Serangkaian proses ia lewati, hingga akhirnya terpilih sebagai penerima IISMA angkatan pertama. Ia pun bisa mewujudkan untuk menjalani perkuliahan di luar negeri. Pengalaman tersebut pun tak sia-siakan. Ia pun sngaja mengambil
Bahkan kesan menjalani kuliah dirasakan betul oleh Fakhri. Ia mengaku mendapatkan banyak skill dan pemahaman yang amat berguna di era saat ini. Misalnya saja, ia kini kian memahami pentingnya memiliki garis pandang terhadpa berbagai isu sosial budaya. “Ini penting dalam memahami solusi dan jawaban terhadap isu dunia yang tengah berkembang saat ini,” tegasnya.
Pengalaman yang didapat Fakhri, juga dirasakan Komang Dyah Apriyanti. Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Perancis, Universitas Brawijaya (UB). Komang menjadi salah satu peserta IISMA tahun 2022 yang berkesempatan menjalani kuliah di Hanyang University, Seoul, Korea Selatan.
Selama di Korea, Komang ikut dalam perkuliahan di jurusan Film and Theatre. Disana Komang mendapatkan materi dan ilmu tentang budaya, negosiasi, efek media serta penulisan naskah film, advertising, dan hiburan lainnya.
“Saya ingin mengetahui bagaimana keberagaman etnis, tradisi, dan corak budaya yang sama banyaknya seperti di Indonesia,” cerita Komang dalam keterangannya.
Yang menjadi kesan Koman pula, adalah merasakan perbedaan ekosistem perkuliahan di Indonesia dan Korea Selatan. Hal ini yang pengalaman yang baru baginya. Diamana tugas perkuliahan di Hanyang University banyak melibatkan project, diskusi, dan debat. “Tapi, ada metode yang sama seperti di lakukan UB, yakni Case-based Learning Method,” ujarnya.
Kesempatan ini diakui Komang menjadi berharga. Pintu kesempatan yang dibuka IISMA dinilainya mampu memberikan banyak peluang bagi dirinya untuk berkembang dan menemukan hal baru. Sepulangnya dari Korea, Komang berencana menularkan pengalaman dan ilmunya kepada teman-temannya.
“saya juga tertarik untuk membagikan tips dan trik selama di Korea. Yang pasti, saya ingin membagikan ilmu mengenai negosiasi melalui webinar atau artikel yang bisa di akses,” bebernya.
Kuliah Di Lingkungan Beragam Bisa Kembangkan Potensi
Mewujudkan cita-cita mahasiswa untuk mengenyam pendidikan di luar negeri, memang menjadi intisari kebijakan yang dikeluarkan Kementerian yang digawangi Nadiem Makarim ini. IISMA menjadi jawaban.
Ada beberapa alasan pentingnya berkuliah diluar negeri dari kacamata Nadiem. Pengalaman ini ia rasakan sendiri, bagaimana sebuah lingkungan belajar yang beragam akan memberi dampak positif terhadap pengembangan potensi individu secara intelektual maupun berkarakter.
“Jika kita ingin para mahasiswa mempertajam pemikiran dan mengejar mimpi-mimpi mereka, kita harus mentransformasi sistem pendidikan tinggi agar lebih relevan dengan dunia di luar kampus,” ujar Nadiem dalam kegiatan peluncuran IISMA beberapa waktu lalu.
Dengan IISMA, pihaknya juga berharap mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja dimana mereka dapat belajar dari praktik terbaik di industri, organisasi kemanusiaan, dan institusi penelitian kelas dunia.
Karena menurut Nadiem, IISMA merupakan suatu terobosan untuk membekali mahasiswa mendapatkan pengalaman studi di luar negeri. “Akan banyak sekali tantangan yang dihadapi, tetapi generasi muda tidak boleh takut akan hal-hal baru apalagi suatu hal yang membawa kebaikan”, ungkap Nadiem.
Sementara itu, Plt Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Nizam, juga mengatakan salah satu fokus dalam kebijakan ini tak lain untuk mendorong mahasiswa untuk mengalami pembelajaran dan mendapatkan pengetahuan serta keterampilan di luar kampus mereka.
Dengan pengalaman belajar berpartisipasi dalam program pertukaran mahasiswa atau mobilitas mahasiswa di dalam dan luar negeri, harapannya mahasiswa Indonesia pun akan lebih siap untuk terjun ke dunia nyata setelah mereka lulus.
Hal ini juga dimaksudkan guna mengakomodir mimpi dan minat mahasiswa melalui berbagai kuliah untuk mendapatkan pengetahuan dari perguruan tinggi terkemuka di dunia.
“Tentu harapannya mahasiswa mampu mengembangkan kemahiran lintas budaya, mengembangkan jejaring internasional, serta mempersiapkan diri untuk dunia kerja dan pekerjaan yang mungkin belum diciptakan di masa depan,” jelas Nizam.