Jakarta, Gatra.com-Tim Asistensi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Raden Pardede menyebut generasi muda Indonesia adalah tulang punggung ekonomi bangsa. Menurutnya, masa depan perekonomian Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh peran generasi muda.
"Masa depan suatu bangsa ada di anak muda. Konsumsi dari orang muda lebih banyak dari orang tua. Kalau orang muda tidak konsumsi, ekonomi bisa macet," ujarnya dalam diskusi bertajuk "Generasi Muda Membangun Negeri", Senin (31/10).
Baca juga : Digitalisasi Diklaim Dorong Investasi Makin Diminati Kaum Muda, Apa Manfaatnya?
Raden menerangkan, pertumbuhan ekonomi di Asia Timur seperti Jepang, Korea, Taiwan maupun China bisa terjadi akibat optimalisasi peran generasi muda untuk membuat negara tersebut keluar dari middle income trap atau jebakan pendapatan kelas menengah. Yakni sebuah kondisi yang kerap melanda negara-negara kelas menengah. Kondisi dimana ketidakmampuan dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan stabil.
Saat ini, dengan pendapatan per kapita diatas US$ 4.000, Indonesia masuk dalam kategori upper middle income. Proses industrialisasi yang sukses dan penyediaan lapangan kerja serta pengentasan kemiskinan menjadi beberapa faktornya.
Saat ini, ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki peluang hingga tahun 2035 untuk keluar dari kondisi middle income trap. Peluang ini berkaitan dengan bonus demografi yang terjadi di Indonesia ketika masyarakat usia produktif lebih banyak dibanding kelompok masyarakat lainnya.
"Kita punya peluang sampai 2035. Kalau kita tidak bisa keluar dari middle income trap, kita kehilangan kesempatan," katanya.
Baca juga : Menparekraf Dorong Partisipasi Aktif Gen Z Wujudkan Indonesia Emas
Untuk mewujudkannya, Raden mengatakan bahwa modal manusia muda harus berkualitas. Modal ini hukan hanya mengenai sumber daya melainkan bagaimana memanfaatkan modal sampai potensi maksimal. Melalui industrialisasi dan lapangan kerja produktif, peningkatan kualitas industri bisa terjadi dengan modal yang ada. Peran industri kreatif juga signifikan, terutama bagi generasi muda. Ini tidak terlepas dari enterpreneurship di masa kini yang dipelopori oleh generasi muda.
"Negara luar selalu punya kombinasi industrialisasi dan pengembangan industri kreatif. Enterpreneurship didominasi pemuda sebagai tenaga kerja, sebagai konsumen. Orang muda jadi agen perubahan, karena orang tua tidak bisa diharapkan, susah. Anak muda jadi kuncinya," paparnya.
Baca juga : Gim Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Digital, Valuasinya Capai Rp30 Triliun
Raden mencontohkan Korea Selatan sebagai salah satu negara yang berhasil keluar dari situasi middle income trap. Memanfaatkan bonus demografi di tahun 1960-1970, industrialisasi di sana tumbuh dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Jika industrialisasi di Korea Selatan baru dimulai pada tahun 2010 saat kondisi demografi orang dengan usia tua jauh lebih banyak dibanding usia produktif, Raden meyakini bahwa Korea Selatan masih akan terjebak di middle income trap dan sulit untuk keluar dari kondisi itu.
Saat ini, Raden menerangkan bahwa Indonesia sedang berada di rata-rata usia penduduk sekitar 29-30 tahun. Maka, ia menyebut bahwa Indonesia memiliki waktu 10-12 tahun untuk berupaya keluar dari middle income trap.
"Ekonomi kita harus mampu bertumbuh 7-9%, dengan produktivitas 3x lipat dari sekarang. Baru setelahnya kita bisa keluar dari jebakan itu. Bisakah kita? Itu adalah tanggung jawab kita semua," ujarnya.