Pati, Gatra.com - Seorang perangkat desa di Kecamatan Winong, Pati nyaris dipolisikan lantaran dianggap menghina Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini buntut dari postingannya di media sosial Facebook tentang Koin NU.
Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Winong Sabar Halim mengemukakan, pria yang menjabat sebagai Kadus Botok, Desa Bumiharjo, Kecamatan Winong sempat mengunggah foto kaleng Koin NU dengan narasi yang cenderung menghina dan ujaran kebencian.
"Postingannya tentang Koin NU di grup Facebook Wong Asli Kecamatan Winong keterlaluan. Karena menuduh NU sebagai pengemis. Itu tidak dapat diterima karena sudah menghina warga NU secara keseluruhan," ujarnya, Sabtu (29/10) malam.
Di grup media sosial tersebut, Kadus Botok Suharto melalui akun FB Mangkudiponggolo Putro menulis caption "jiwa pengemis, ngisin ngisini #oraduweuteg" di atas foto kaleng Koin NU. Suharto diunggah pada 29 Oktober dan selang beberapa saat dihapus. Namun, telah banyak orang yang screenshot.
Dia pun diminta mengklarifikasi unggahan tersebut. Kades Bumiharjo Agus Pujo memediasi melalui pertemuan di kantor desa, Sabtu (29/10) malam.
Dalam pertemuan itu, Suharto menyampaikan permintaan maaf. Itu disampaikan secara lisan kepada jajaran pengurus MWC NU dan Lazisnu Winong beserta perwakilan badan otonom (Banom) yang hadir. Bahkan, dalam kesempatan itu, Ketua PCNU Pati KH Yusuf Hasyim turun langsung.
Kadus Botok juga menuangkan permintaan maaf dalam surat pernyataan bermaterai. Dalam pernyataan tersebut dia mengungkapkan permohonan maaf kepada Lazisnu, MWC NU Winong beserta seluruh Banom (GP Ansor, Muslimat, Fatayat, Pagar Nusa, IPNU-IPPNU). Permintaan maaf juga ditujukan kepada seluruh warga NU karena statusnya di FB yang telah menyinggung perasaan banyak pihak.
Dalam surat pernyataan Suharto berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Mediasi dan pembuatan surat pernyataan disaksikan pula pihak kepolisian (Babinkamtibmas) dan TNI (Babinsa).
Sabar menyebut, tindakan Suharto patut menjadi perhatian semua pihak. Menurutnya, apa pun yang disampaikan di media sosial harus memperhatikan norma, termasuk tidak menghina, ujaran kebencian, atau bahkan memfitnah.
"Bisa saja persoalan itu diselesaikan di kepolisian. Tetapi, karena sudah dapat diselesaikan secara berembuk maka tidak dilanjutkan ke ranah hukum. Namun, kalau nanti terulang lagi, maka mau tidak mau harus ditempuh jalur hukum," katanya.
Dia menjelaskan, Koin NU menjadi sarana untuk pelaksanaan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Adapun pengelolanya, yakni Lembaga Amil Zakat dan Infaq NU (Lazisnu). Program Koin NU diluncurkan di Pati pada akhir 2019. Koin NU dihimpun melalui kaleng yang didistribusikan ke rumah-rumah warga NU, termasuk tempat-tempat strategis seperti warung.
Ketua PCNU Pati KH Yusuf Hasyim menyatakan, Koin NU merupakan salah satu bentuk kemandirian Jam'iyyah Nahdlatul Ulama (NU). Adapun penyalurannya lebih mengedepankan empat pilar, yakni sosial, pendidikan, kesehatan, dan bencana alam. Selain itu, juga dapat disalurkan melalui program ekonomi melalui pengembangan usaha dan lainnya.