Pekanbaru, Gatra.com - Pengamat Kebijakan Publik Universitas Riau, M Rawa El Amady tak merasa aneh mendengar ada cekcok antara pasien dan petugas di Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru, Riau.
Sebab bagi doktor antropoli jebolan Universitas Indonesia ini, yang namanya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), tidak dikelola secara dan oleh orang-orang profesional.
"Jadi, sudah attitude RSUD kayak begitu. Enggak hanya RSUD Arifin Ahmad, tapi juga RSUD lainnya," kata lelaki 54 tahun ini kepada Gatra.com tadi siang.
Penyebabnya kata Direktur Eksekutif Scale Up ini lantaran proses rekrutmen para pejabatnya berbasis kepentingan politik yang berkuasa. "Rekrutmen pegawainya juga banyak melibatkan para pejabat dan politisi," katanya.
Mestinya kata Rawa, lantaran rumah sakit itu butuh kekhususan, maka dia harus dikelola oleh profesional, menjadi badan terpisah dari pemerintah. "Pemerintah enggak boleh terlibat secara operasional, serahkan saja kepada para profesional," Rawa bersaran.
Khusus RSUD Arifin Achmad kata Rawa, semua pejabat yang diangkat secara politis, diberhentikan saja. Lalu serahkan pengelolaannya kepada profesional dan pemerintah hanya jadi pengawas.
"Itu kalau Gubernur Riau (Gubri) mau. Kalau enggak, sampai kapan pun attitute rumah sakit itu enggak akan berobah, akan begitu-begitu saja," katanya.
Jika akan begitu-begitu saja kata Rawa, akan bahaya. "Nyawa pasien taruhannya. Coba searching berita, banyak kasus yang terjadi di RSUD Arifin Ahmad itu. Itu baru yang terberitakan, yang tak diberitakan pasti lebih banyak. Sebab tak semua pasien bisa mengakses media," ujarnya.
Tadi malam, seorang keluar pasien sempat mengamuk di dekat ruang bank darah RSUD Arifin Ahmad lantaran merasa dipermainkan.
Sudahlah capek-capek mencari darah 20 kantong, giliran ditanya kapan darah itu akan ditransfusi kepada pasien yang sedang mengidap kanker nasofaring stadium tiga, petugas bank darah justru bilang tak ada reagen --- alat tes golongan darah untuk mencocokkan darah pendonor dengan darah pasien.
Baca juga: 'Main-main' Darah di RSUD Arifin Ahmad
Mendengar jawaban semacam itu, keluarga pasien, Raja Adil Siregar pun pitam berujung cekcok dengan petugas dan Direktur RSUD Arifin Ahmad itu. Uniknya, setelah cekcok, tiba-tiba salah seorang pejabat rumah sakit bilang kalau reagen itu sebenarnya ada.