Pekanbaru, Gatra.com - Tak berlebihan sebenarnya kalau keluarga pasien ini sampai naik narah hingga memecahkan kaca jendela ruangan bank darah RSUD Arifin Achmad di kawasan jalan Diponegoro Pekanbaru Riau itu tadi malam.
Soalnya, usaha mereka mendapatkan 20 kantong darah untuk kebutuhan keluarganya; Hironimus Patut Pahur yang menderita kanker nasofaring --- kanker yang tumbuh di saluran pernapasan --- stadium tiga, dianggap sepele oleh petugas rumah sakit milik Pemprov Riau itu.
Empat hari lalu, lelaki 29 tahun itu masuk dan dirawat di ruang Gardenia untuk menjalani kemoterapi yang rencananya akan dilakukan besok.
Tapi lantaran hemoglobinnya turun, tubuhnya musti dimasuki tiga kantong darah. Untuk ini, keluarga tak perlu repot lantaran di bank darah rumah sakit, stok darah ada.
Tapi sayang, setelah tiga kantong darah tadi masuk ke tubuh Hironimus, trombositnya pula yang turun. Itulah makanya keluarga disuruh mencari 20 kantong darah untuk dimasukkan ke tubuh Hironimus biar trombositnya stabil kembali. Soalnya, kalau trombosit tak stabil, lelaki ini tak akan bisa menjalani kemoterapi.
Maka berjibakulah keluarga Hironimus mencari darah itu. Untunglah sejumlah anggota Brimob Polda Riau, Poltabes Pekanbaru, TNI, karyawan PLN, masyarakat serta wartawan mau menyumbangkan darahnya melalui PMI cabang Pekanbaru. Alhasil, 20 kantong darah tadi bisa terkumpul dalam waktu 24 jam.
Urusan darah dianggap beres, kemarin siang, istri Hironimus, Maria Goretti, melapor ke petugas bank darah RSUD dan menanyakan kapan transfusi darah dimulai.
"O ya, biar langsung kami proses," jawab salah seorang petugas bank darah di sana. Mendengar itu Maria pun berlalu.
Sayang, sampai jam 4 sore ditunggu, ternyata urusan darah itu tak juga diproses. Itulah yang membikin Maria kembali mendatangi ruangan bank darah itu.
"Darahnya enggak ada, Bu. Stok darah di sini kosong," petugas yang ditanyai Maria tadi siang menjawab.
Mendengar jawaban seperti itu Maria pun kaget. "Loh kok kosong, Pak? Kami sudah donor ke PMI lho, ada 20 kantong," setengah kesal Maria menjelaskan.
"Oooo...belum kami cek, Bu. Biar kami cek dulu ke sana," si petugas menjawab.
Singkat cerita. Malamnya Maria datang lagi. Kali ini bersama saudaranya; Raja Adil Siregar. "Sudah bisa diproses, Bu?" Maria bertanya kepada seorang petugas perempuan di sana.
"Belum bisa, Bu. Reagennya enggak ada," si petugas menjawab.
"Reagen itu apa?"
"Alat tes golongan darah untuk mencocokkan darah pendonor dengan darah pasien. Kalau darahnya sudah cocok baru ditransfusi," si petugas kembali menjawab.
"Kapan reagennya datang?"
"Selasa atau Rabu, itu juga enggak bisa dipastikan. Tergantung vendor," katanya.
"Lho kalau enggak bisa dipastikan, gimana nasib 20 kantong darah itu?" Maria mulai khawatir. Perempuan ini makin gundah setelah si petugas tak bisa menjawab.
Menengok situasi sudah seperti itu, Raja pun bertanya. "Habisnya kapan, Mba?"
"Tadi siang. Dua hari lalu stok sudah menipis," si petugas menjawab.
"Kenapa enggak disampaikan kalau stok reagen nya sudah menipis, kan bisa kami tahan dulu pendonornya. Ini bukan darah biasa lho. Ini darah trombosit yang kadaluarsanya cuma 5 hari. Kalau sudah kadaluarsa, siapa yang akan mengganti?" Raja mulai gusar.
Si petugas sudah tak bisa menjawab lagi. "Siapa penanggungajawab di sini? Tolong suruh datang," Raja kembali bertanya.
Setengah jam berlalu, Lusiana yang disebut sebagai penanggungjawab di bank darah itu tak kunjung datang. Inilah yang membuat situasi memanas hingga Raja marah dan meninju kaca ruangan bank darah itu hingga pecah berantakan.
Situasi semakin memanas saat sejumlah petugas keamanan rumah sakit datang ke lokasi kejadian. Mereka berusaha mengamankan Raja yang menurut mereka telah bersalah lantaran memecahkan kaca rumah sakit itu.
"Saya tidak akan lari, kalau kalian mau tangkap saya silahkan. Saya bertanggungjawab dengan apa yang saya lakukan. Ini demi nyawa adik saya," Raja memandangi sejumlah security yang datang itu.
Untunglah Sub Koordinator bagian rumah tangga RSUD, Ade Iskandar, datang menenangkan suasana di sana dan mengajak Raja untuk ngobrol soal musabab kejadian itu.
Entah siapa yang melapor, cekcok di sana ternyata telah sampai ke telinga Gubernur Riau Syamsuar. Bekas Bupati Siak dua periode ini langsung menyuruh Direktur RSUD, drg. Wan Fajriatul Mamnunah, Sp.KG datang memberesi ribut-ribut itu.
Begitu sampai ke lokasi kejadian, sempat juga Raja cekcok dengan putri mantan Gubernur Riau Wan Abu Bakar ini. Cekcok lantaran Raja menganggap Fajriatul ngeles.
"Saya dibilang enggak melaporkan ke dia tentang masalah adik saya. Padahal sebelumnya sudah saya telpon tapi enggak direspon," cerita Raja kepada Gatra.com tadi siang.
Uniknya, setelah cekcok dan Fajriatul datang, seorang anak buah Fajriatul bilang kalau sebenarnya reagen itu ada. Inilah yang semakin membikin Raja dan keluarganya bingung.
Terlepas dari apapun kejadian itu, Fajriatul langsung memilih minta maaf kepada Raja dan keluarganya. "Ini kesalahan petugas kami," katanya.