Jakarta, Gatra.com - Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Ari Nurcahyo, menyebut bahwa penggambaran arah koalisi partai politik (parpol) akan sangat dipengaruhi oleh langkah yang diambil PDI Perjuangan. Hal ini terjadi karena partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut menjadi satu-satunya partai yang sebenarnya berpeluang untuk mengusung calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain.
"Arah koalisi kemungkinan ada tiga. Tapi, Partai Nasdem tidak akan mungkin berkoalisi dengan PDIP. PDIP tidak akan berkoalisi juga dengan Partai Demokrat maupun PKS. Ini yang akan menarik," ujarnya dalam diskusi yang digelar PARA Syndicate, Kamis (27/10).
Selain Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar-PAN-PPP, Ari menerangkan bahwa koalisi yang paling mungkin terjadi adalah antara Partai Nasdem-PKS-Partai Demokrat. Hal ini juga berkaitan dengan jumlah kursi minimal untuk mengusung capres dan cawapres.
Baca juga: Di Pendapa Kyai Kasan Besari, Anies Baswedan Menerima Partai Koalisi
Ari juga mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan bila PDIP akan bergabung dengan KIB. Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah ketika PDIP bergabung dengan PKB dan Partai Gerindra. Bahkan bila PDIP bergabung dengan KIB sekaligus juga dengan PKB dan Partai Gerindra, maka kemungkinan hanya akan ada dua capres-cawapres yang bertarung sehingga tidak perlu dilakukan putaran kedua.
Koalisi ini nantinya turut akan berperan dalam penentuan nama capres-cawapres. Partai Nasdem menjadi satu-satunya yang telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres. Pengamat politik Ray Rangkuti menyebutkan bahwa saat ini, nama Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menjadi yang paling mungkin akan diduetkan sebagai cawapres Anies.
Baca juga: Buka Peluang Parpol Lain, Cak Imin: Koalisi PKB-Gerindra Proses Pematangan
"Saya katakan, 80% AHY akan jadi cawapres. Kalau koalisi antara Partai Nasdem-PKS-Partai Demokrat tidak mengusung AHY, koalisi bubar. Partai Demokrat bisa pindah ke KIB," katanya.
Lain halnya dengan PDIP. Meskipun belum mendeklarasikan nama capres, nama Puan Maharani sebenarnya telah banyak disosialisasikan sebagai capres dari PDIP. Namun, posisinya yang belum kuat sebagai pilihan tertinggi dalam survei kepada masyarakat membuat peluangnya sebagai capres semakin kecil. Ray mengatakan bahwa persaingan ketat Puan adalah dalam posisi sebagai cawapres. Nama Ganjar Pranowo disebutnya lebih membawa keuntungan bagi PDIP dibandingkan bila mencalonkan Puan.
Ray juga menjelaskan bahwa pemilihan capres dan cawapres ini penting dalam mendukung partai di legislatif. Menurut Ray, posisi nama-nama baru seperti Ridwan Kamil, Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, serta Sandiaga Uno bisa muncul sebagai cawapres yang potensial. Untuk itu, pemilihan cawapres harus diperhatikan betul dalam setiap anggota koalisi.