Jakarta, Gatra.com - Pemerintah tengah gencar mengimplementasikan program revolusi mental di masyarakat. Peningkatan revolusi mental juga akan menyasar pada sektor pendidikan.
Staf Khusus Menko PMK Bidang Reformasi Birokrasi, Ravik Karsidi, berpandangan bahwa revolusi mental akan punya peran dalam proses penguatan pendidikan karakter. Imbasnya, ia meyakini bahwa kasus-kasus seperti pelecehan, kekerasan seksual, dan perundungan bisa terjawab dengan adanya pendidikan karakter yang optimal.
Baca Juga: Muhibah ke Kamboja, Menko PMK Gelar Pertemuan Khusus dengan Pekerja Migran Bermasalah
“Karena muaranya saya lihat ada pada anak-anak yang belum terbiasa membedakan nilai dan perilaku mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan,” ujar Ravik kepada awak media di Jakarta, Selasa (25/10).
Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Sebelas Maret ini pun menyebut bahwa anak-anak sejak dini harus sudah mulai diberikan pendidikan tentang do and dont dalam konteks bermasyarakat. Hal ini yang merupakan salah satu paradigma yang hadir pada revolusi mental.
“Ini kan juga karena lemahnya filter system kita. Bahwa seharusnya perilaku do and dont itu mulai ditanamkan anak melalui orang tua, guru, hingga dosen,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Didik Suhardi, mengatakan peran media massa untuk meningkatkan keberhasilan revolusi mental sama strategisnya dengan orang tua dan pendidik.
Baca Juga: Forum Rektor Kawal Gerakan Nasional Revolusi Mental
Sejauh ini, gerakan ini sudah dapat dinikmati masyarakat luas dan pengaruhnya bisa dikatakan signifikan. Dalam soal pendidikan misalnya, pemerintah fokus pada penumbuhan budi pekerti, dan pendidikan karakter peserta didik.
Diketahui, dalam revolusi mental terdiri dari lima gerakan, yaitu Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.
"Ada sejumlah kelompok strategis yang dapat menjadi penggerak pelaksanaan revolusi mental, selain tokoh masyarakat, tokoh politik, wanita, pemuda, media massa, lembaga pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi juga memiliki peran penting. Kita harus bersama-sama melaksanakan program dengan pendekatan pentahelix," terang Didik.