Jakarta, Gatra.com - Asia Research Center Universitas Indonesia (ARC UI) bekerja sama dengan Global Disinformation Index (GDI) dalam mengindentifikasi indikator konten dan operasional apa saja yang menjadi disinformasi pada portal media.
Penelitian ini melibatkan 38 situs berita online dengan menggunakan metode Alexa dari bulan Maret sampai Juni 2022. Ketua tim peneliti ARC UI, Endah Triastuti, mengatakan ARC UI dan GDI memiliki latar belakang yang concern terhadap perkembangan teknologi yang semakin maju dan berdampak memunculkan adanya disinformasi.
Baca Juga: Jokowi Ungkap Kriteria Sosok Penggantinya di 2024 pada HUT Golkar
"Kami memiliki concern yang besar terhadap bagaimana disinformasi mulai berpotensi muncul ketika perkembangan teknologi terjadi yang salah satu dampaknya mendorong industri berita yaitu berita online," ucap Endah pada diskusi 'Risiko Disinformasi pada Media Daring di Indonesia' melalui Zoom, Jakarta, Senin (24/10).
Dalam penelitian ini juga GDI telah merancang framework (kerangka pikiran) yang berargumen bahwa adanya pendanaan yang secara signifikan untuk mendorong terdapat disinformasi atau tidak.
"Sehingga disinformasi ini muncul karena adanya kepentingan politik, ideologi yang mendanai industri berita," tambahnya.
Baca Juga: Presiden Optimistis Trade Expo Indonesia 2022 Capai Target Transaksi US$10 Miliar
Endah melanjutkan jika disinformasi bisa dalam bentuk iklan atau narasi yang mengiklankan sesuatu. Kendati demikian ternyata terdapat temuan asumsi dana yang menyokong besar untuk kepentingan politik dan ideologi. Selain itu, dalam penelitian tersebut Endah menjelaskan temuannya bahwa mayoritas domain dari 38 media online lebih dari 50% menunjukkan risiko yang minimum sampai medium.
"Dari semua portal dijadikan sample (penelitian) memiliki celah untuk perbaikan di operasional pilarnya terutama dalam hal transparasi dan struktur keuangan yang disajikan kepada publik. Hanya ada 5 portal dari 38 yang menunjukkan resiko tinggi terhadap disinformasi," tutupnya.