Jakarta, Gatra.com- PLN menempuh prosedur co-firing yang merupakan langkah jangka pendek yang dilakukan dalam mengurangi emisi karbon, sebab program co-firing tidak memerlukan investasi untuk pembangunan pembangkit baru dan hanya mengoptimalkan biaya operasional untuk pembelian biomassa.
Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dimana sebagian batubara yang dijadikan bahan bakar diganti sebagian dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa
Vice President Bioenergi PLN, Anita Puspita Sari mengungkapkan, co-firing dalam jangka pendek adalah salah satu cara untuk meningkatkan bauran energi terbarukan di penyediaan listrik nasional. Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 yang memanfaatkan PLTU sebagai pembangkit eksisting berbahan bakar batubara dengan substitusi sebagian bahan baku dengan biomassa.
“Targetnya akan mengganti sekitar 12% penggunaan batubara di PLTU dan menurunkan emisi 10,2 juta ton minimal di tahun 2025. Dan saat ini, September, kita berhasil mengganti batubara 384 ribu ton di 33 lokasi. Emisinya 0,39 juta ton CO2 3 tahun terakhir, dan diharapkan seiring penambahan implementasi biomassa dan membangun ekosistemnya, grafiknya naik 11 juta ton CO2 di tahun 2025,” kata Anita dalam diskusi Green Editor Forum yang diselenggarakan SIEJ Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists), Sabtu, (22/10).
Program ini ditargetkan rata-rata menggunakan 10-20 persen dari kapasitas PLTU PLN untuk co-firing atau ekivalen sekitar 2.700 MW.
Anita mengungkapkan bahwa Co-firing PLTU sebagai salah satu upaya peningkatan bauran EBT 23% pada tahun 2025, memanfaatkan PLTU sebagai pembangkit eksisting berbahan bakar batubara dengan substitusi menjadi biomassa 10,2 juta ton/tahun.
Target nya akan mengganti sekitar 12% penggunaan batubara di PLTU dan menurunkan emisi sebesar 11 juta ton CO2 /tahun
Dalam menjaga sustainabilitas pasokan biomassa, PLN telah membangun rantai pasok melalui pengembangan ekosistem biomasa, dengan mengembangkan pilot plant skala kecil dibeberapa daerah, meliputi tahap pendampingan, perencanaan, pembangunan, pengelolaan sanpai dengan komersialisasi untuk siap dimanfaatkan di PLTU PLN.