Pekanbaru, Gatra.com - Datang ke Kampus Program Studi Diluar Kampus Utama Polteknik Sriwijaya (PSDKU Polsri) di kawasan Mempura Kabupaten Siak, Riau, itu tiga hari lalu, membikin lelaki 55 tahun ini jadi terseret pada kisah 24 tahun silam.
Saat Alfedri masih Camat Minas --- kini masuk dalam 14 kecamatan di Kabupaten Siak. Kabupaten ini berdiri pada 1999 silam --- Kabupaten Bengkalis.
Sebab seperti menggagas SMA PGRI di Minas kala itulah Bupati Siak ini merintis hadirnya PSDKU Polsri itu; mulai dari nol.
Waktu itu Alfedri memang benar-benar miris. Soalnya di Minas yang kayak Amerika kecil itu; ada lapangan golf, kolam renang, arena bowling milik perusahaan asing yang menambang minyak di sana, tapi SMA tak ada.
Lantaran itulah makanya, dibantu para PNS kecamatan, masyarakat dan perusahaan sekitar, dia merintis berdirinya SMA PGRI tadi.
"Saat itu ruang belajar belum ada. Untunglah ada bangunan coupple eks PT Johannes. Kontraktor proyek pembangunan jalan Pekanbaru-Dumai di tahun '80 an. Bangunan itu kemudian kami rehab; satu untuk ruang belajar, sisanya untuk kantor sekolah," kenang Alfedri.
Sebetulnya Ketua DPD PAN Provinsi Riau ini datang ke sana untuk memberikan materi kuliah umum; Kawasan Industri Tanjung Buton, di Era Revolusi Industri 5.0.
Tapi itu tadilah, yang namanya Alfedri, kalau ketemu anak-anak muda, naluri motivatornya sontak muncul. Ragam cerita dan kisah yang dia curahkan agar orang-orang yang mendengar ceritanya, semakin semangat.
Tengoklah saat dia cerita itu, 67 orang mahasiswa PSDKU Polsri yang duduk di depan lelaki ini, benar-benar menyimak. Mereka berasal dari tiga jurusan; Akuntansi Publik, Teknik Mesin dan Teknik kimia. Sekitar 90 persen diantaranya penerima beasiswa Program Keluarga Harapan (PKH) Pemerintah dan Baznas.
Direktur dan civitas akademika Polsri yang daring dari Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) juga ikut menyimak.
"Setelah itu guru-guru kita rekrut. Gaji mereka waktu itu cuma Rp75 ribu perbulan. Saya yang jadi kepala sekolah bergaji Rp125 ribu. Tapi gaji itu enggak saya ambil," Alfedri tersenyum.
Kalau hadirnya SMA PGRI itu lantaran miris, cikal bakal hadirnya PSDKU Polsri itu justru setelah Alfedri menengok perkembangan Kabupaten Siak. Dia punya keyakinan bahwa ke depan Siak akan membutuhkan banyak tenaga kerja skill. Terlebih Siak sedang mengembangkan Kawasan Industri Tanjung Buton.
"Jebolan PSDKU Polsri yang dididik dengan kurikulum vokasi sesuai kebutuhan dunia industri akan sangat dibutuhkan. Ananda semua tetap semangat belajar dan jangan lupa kembangkan enterpreneurship. Modal kita sama dengan kampus-kampus terkemuka lain, sama-sama diberikan Allah SWT waktu 24 jam" Alfedri menyemangati.
Begitulah pedulinya Alfedri dengan dunia pendidikan. Itulah makanya banyak orang yakin kalau PSDKU Polsri pendidikan vokasi setara Diploma IV dan Strata I yang didirikan beberapa tahun lalu itu akan terus berkembang dan mampu bersaing dengan kampus politeknik terkemuka lainnya di Indonesia.
Keyakinan itu perlahan sudah kelihatan. Saat ini mutasi aset gedung dari Dinas Pendidikan Kebudayaan ke Dinas Pekerjaan Umum sudah dilakukan, biar pengembangan fasilitas perkuliahan PSDKU Polsri Siak semakin baik dan kebutuhan infrastruktur perkuliahan lainnya segera tercukupi.
"Tahun depan, minimal kita renovasi dulu ruangan hingga koridor, termasuk pengadaan kendaraan dan rumah dosen. Lahan kampus ini masih ada 4 hektar, belum lagi di komplek STAI ada 6 hektar," katanya.
Lelaki ini sangat berharap anak-anak muda itu terus semangat, jangan manja. Optimislah dalam pembelajaran dan cermat memanfatkan peluang kewirausahaan.
"Saya enggak mendadak jadi bupati, tapi melewati proses dan perjuangan yang panjang. Masa muda saya habiskan bersekolah, berkebun dan menjala ikan untuk dijual. Waktu Wakil Bupati pun saya masih aktif berkebun," ujarnya.
Abdul Aziz