Jakarta, Gatra.com - Imbas tekanan gejolak ekonomi global mulai dirasakan berbagai negara. Penguatan mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) membuat berbagai mata uang utama negara melemah, termasuk Rupiah. Pada perdagangan kemarin, Rupiah pun ditutup melemah 73 poin ke level Rp15.571 per Dolar AS. Sementara BI dalam Rapat Dewan Gubernur kemarin pun merespon dengan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin menjadi 4,65 persen.
Meski begitu, Ekonom Segara Institut, Piter Abdullah mengatakan kondisi itu tidak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi RI dalam waktu dekat. Menurutnya, upaya BI menaikan suku bunga acuan sudah diperkirakan untuk mencegah modal asing minggat sehingga pelemahan rupiah bisa ditahan. Selain itu, kenaikan suku bunga BI diharap juga mampu menekan inflasi agar tidak meningkat.
"Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi tidak bersifat segara, baru akan dirasakan dalam beberapa bulan kedepan," ujar Piter kepada Gatra.com, Jumat (21/10).
Baca juga: Digerus Dolar, Nilai Tukar Rupiah Anjlok hingga Rp15.571 per Dolar AS
Kendati, Piter mengakui kenaikan suku bunga secara bertahap akan mendorong kenaikan suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Saat itu terjadi kemungkinan besar akan mempengaruhi konsumsi dan investasi di dalam negeri "Sehingga akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan keputusan kenaikan suku bunga dilakukan untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting) dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023.
Baca juga: BI Naikkan Suku Bunga untuk Hadapi Situasi Ekonomi Global
Peningkatan suku bunga BI 50 basis poin juga diharapkan mampu memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat semakin kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Sementara peningkatan permintaan ekonomi domestik dinilai masih tetap kuat.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyatakan pelemahan Rupiah belakangan ini masih wajar (under value) di tengah sentimen Dolar AS. Ia pun meminta agar pemerintah dan BI tidak panik dalam menyikapi pelemahan Rupiah saat ini.
"Yang harus dilakukan oleh BI dan pemerintah adalah melakukan intervensi secara terukur karena fundamental ekonomi kita masih cukup bagus," kata Ibrahim dalam keterangannya, kemarin (20/10).