Jakarta, Gatra.com - Setelah terus digerus oleh Dolar Amerika Serikat (AS), akhirnya nilai tukar Rupiah pada penutupan perdagangan hari ini anjlok 73 poin hingga tembus ke level Rp15.571 per Dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyatakan penguatan Dolar AS saat ini bukan hanya terjadi terhadap nilai tukar Rupiah, tetapi juga mata uang negara lainnya kena imbas dari penguatan Dolar.
Ia menyebut, Dolar AS menjulang di atas mata uang lain pada Kamis ini karena melonjaknya hasil Treasury AS 10 tahun naik menjadi 4,154 persen di level tertinggi sejak pertengahan 2008. Selain itu, permintaan pasar kerja AS tetap kuat sementara tekanan inflasi belum mencapai puncaknya.
"Dalam kondisi saat ini di mana perekonomian global mengalami suatu masalah, wajar kalau seandainya mata uang Rupiah kembali lagi mengalami kelemahan," jelas Ibrahim dalam keterangannya, Kamis (20/10).
Adapun Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Oktober 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,50 persen.
"Perubahan menjadi 4,75 persen, namun kita melihat bahwa Rupiah pun masih bercokol, tidak mengalami pengurangan pelemahan. Ini yang membuat apa yang dilakukan kurang direspon oleh pasar," katanya.
Kendati telah tembus Rp15.500 per Dolar AS, Ibrahim menekankan bahwa pelemahan Rupiah saat ini masih dalam angka under value. Karena itu, menurut Ibrahim seharusnya pemerintah dan Bank Indonesia tidak perlu panik dalam menyikapi pelemahan Rupiah saat ini.
"Yang harus dilakukan oleh BI dan pemerintah adalah melakukan intervensi secara terukur karena fundamental ekonomi kita masih cukup bagus," pungkasnya.
Adapun Ibrahim memprediksi mata uang Rupiah dalam perdagangan besok akan dibuka berfluktuatif, namun tetap akan ditutup melemah di rentang Rp15.550 - Rp15.600 per Dolar AS.