Jakarta, Gatra.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyambangi Padang dalam rangka menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) ke-XV.
Dalam giat tersebut, Bahlil berkesempatan menerangkan beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini. Selain krisis global karena perang dan ketegangan antar negara, harga minyak juga turut dibahas dalam Rakernas tersebut.
Baca Juga: Menteri Bahlil Hidupkan Lagi Izin Usaha Tambang PT LMR di Aceh, CERI: Ceroboh!
Bahlil turut menyebut dalam APBN 2022, asumsi harga minyak USD63-70 per barel. Harga minyak sejak Januari 2022 sampai dengan Agustus 2022 rata-rata USD103 per barel. Produksi minyak Indonesia 700.000 barel per hari. Sedangkan konsumsi minyak 1.500.000 barel per hari.
“Jadi kita impor per hari 800.000 barel. Sedangkan negara kita ini bukan lagi negara penghasil minyak di OPEC sana,” ujar Bahlil di Universitas Negeri Padang, Selasa (18/10).
Bahlil mengatakan di dalam APBN 2022, subsidi BBM sebesar Rp135 triliun. Asumsi harga minyak USD63 hingga 70 itu, sekarang harganya USD103 berarti ada kenaikan USD33 per barel. Kurs rupiah di asumsi APBN sebesar Rp14.500.
“Hari ini sudah Rp15.000 lebih kurs atas USD. Maka kita harus disubsidi BBM ini Rp635 triliun,” ujar Bahlil.
Baca Juga: Soal Kondisi Investasi Indonesia, Bahlil: Posisi Baik dan On The Track
Yang lebih memprihatinkan sambung Bahlil, ada sebesar 70% tidak tepat sasaran. Sebab subsidi BBM tersebut justru jatuh ke kelompok orang yang berkecukupan.
"Oleh karena itu, pemerintah mengalihkan subsidi tersebut langsung ke kalangan tidak mampu," Paparnya.