Padang, Gatra.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyebut kondisi global saat ini semakin memburuk akibat dampak pemanasan global yang terjadi.
Menurut Arifin, 14 persen populasi merasakan dampak panas ekstrim pada kenaikan 1,5 derajat celcius. Fenomena ini juga sangat berimplikasi pada krisis pangan yang diikuti dengan dampak lainnya.
"Kenaikan suhu yang sama (1,50C), permukaan air laut akan naik setinggi 0,4 meter," kata Arifin, pada acara Dies Natalis ke-68 Universitas Negeri Padang (UNP), Selasa (18/10) di Padang.
Akibat pemanasan global, sebutnya, 8 persen binatang bertulang belakang akan musnah. Pemanasan global ini berasal dari emisi yang dihasilkan oleh mesin-mesin berbahan bakar sumber fosil, yakni minyak, gas bumi, dan batubara.
Berkaca pada kondisi itu, dia mengaku pemerintah Indonesia bersama seluruh negara dunia sepakat menurunkan emisi gas rumah kaca. Kesepakatan itu ditandai dengan hadirnya Paris Agreement tahun 2015 lalu.
"Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 29 persen tahun 2023, dan juga mencapai Net Zero Emission (NZE) tahun 2060," ujarnya.
Selain itu, lanjut Arifin, pemerintah juga telah menyusun roadmap transisi energi untuk mencapai NZE tahun 2060 secara bertahap. Upaya itu dengan mengurangi gas buang yang dihasilkan dari sumber energi berbasis fosil.
"Seperti melakukan konversi dari BBM ke tenaga listrik, penggunaan kompor listrik bagi masyarakat menengah ke atas, dan mengganti energi fosil dengan energi baru terbarukan," contohnya.
Lalu, pemerintah juga mengupayakan menggunakan teknologi terkini yang bisa mengurangi emisi. Misalnya, Technology Carbon Capture Stroage and Carbon Capture, Utilization and Stroage, dan Blue and Green Hydrogen tanpa menghasilkan emisi CO2.
Pentingnya mengurangi emisi dengan transisi energi itu, pihaknya mendorong akademik UNP bukan hanya bisa bersaing dan menjadi kampus terkemuka, namun lulusannya juga harus kreatif mengelola sumber daya alam (SDA) baru terbarukan.
"Sumber hidro banyak di Sumbar, sumber biomas juga banyak, tapi bagaimana kita memanfaatkannya? UNP harus punya kreatifitas mengelolanya," tutur Arifin yang juga Anggota Wali Amanat UNP itu.
Sementara Rektor UNP, Ganefri mengungkapkan, usia ke-68 UNP ini bukan sekadar momentum Dies Natalis bagi UNP. Lebih dari itu, juga refleksi diri mengingat sejarah perkembangan kampus 'Alam Takambang Jadi Guru' menuju UNP Jaya, SDM Indonesia Unggul.
Momentum ini, juga mendorong mahasiswa dan lulusan menemukan terobosan energi baru terbarukan. Apalagi, 2060 semuanya harus beralih ke energi baru terbarukan tersebut. Misalnya, di Sumbar ini bisa memanfaatkan laut (air), matahari, dan panas bumi.
"Sebab, jika kita tidak inovatif memanfaatkan energi baru terbarukan, seperti kata Pak Menteri tadi, mungkin sumber energi di Indonesia 15 tahun ke depan akan habis," ungkapnya.