Home Ekonomi Gila! Nilai Tukar Rupiah Terus Terpuruk, Hampir Rp15.500 per Dolar AS

Gila! Nilai Tukar Rupiah Terus Terpuruk, Hampir Rp15.500 per Dolar AS

Jakarta, Gatra.com - Rupiah masih harus terpuruk hari ini. Pada penutupan perdagangan Senin (17/10) sore, nilai mata uang Rupiah anjlok 60 poin ke level Rp15.487 per Dolar Amerika Serikat (Dolar AS). Sebelumnya, di akhir pekan lalu Rupiah juga melemah 65 poin ke level Rp15.427 per Dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi Rupiah akan kembali ditutup melemah pada perdagangan besok di rentang Rp15.450 - Rp15.500 per Dolar AS.

Ibrahim mengatakan, penguatan Dolar AS yang terus berlanjut saat ini lebih disebabkan penguatan fundamental makro ekonomi AS hingga krisis energi dan gangguan rantai pasok akibat perang Rusia dan Ukraina.

"Tingginya angka inflasi membuat bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), terus menaikkan suku bunga acuannya, sehingga likuditas di dunia mengetat," kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (17/10).

Menurut Ibrahim, dampak dari penguatan Dolar AS, beberapa negara menggunakan intervensi valuta asing (valas) untuk menstabilkan mata uangnya. Akibatnya, total cadangan devisa (cadev) yang dimiliki mengalami penurunan lebih dari 6 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini.

Ia pun mengungkapkan beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah dalam menghadapi tingginya nilai tukar dolar AS hingga saat ini. Salah satunya, yakni intervensi dengan memanfaatkan cadangan devisa kini perlu dicermati ulang.

"Itu seharusnya langkah sementara dan hanya untuk mengantisipasi pergerakan mata uang yang secara substansial meningkatkan risiko stabilitas keuangan, ataupun secara signifikan mengganggu kemampuan bank sentral untuk menjaga stabilitas harga," jelasnya.

Pada umumnya, pengendalian inflasi hanya dilakukan secara makro oleh bank sentral. Namun, Ibrahim menekankan bahwa pengendalian inflasi di tanah air tidak hanya dilakukan secara makro, tapi juga mikro.

"Sehingga dalam praktik secara riil langsung masuk ke sumbernya," ucapnya.

Atas dasar itu, Ibrahim menyatakan respons yang lebih tepat bagi pemerintah dalam menghadapi tingginya dolar saat ini adalah dengan membiarkan nilai tukar rupiah mengalami penyesuaian sambil menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi tetap dekat dengan targetnya.

429