Jakarta, Gatra.com - Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Eka Laksmi Hidayati, mengungkapkan fungsi ginjal pada pasien gangguan ginjal akut misterius pasca dinyatakan pulih dari kondisi tersebut. Menurutnya, fungsi pada ginjal pada mayoritas pasien pasca gangguan ginjal akut tersebut cenderung akan pulih secara total.
“Pada pasien yang sudah sembuh, perbaikan, kami melihat bahwa fungsi ginjalnya, mayoritas mengalami pulih total,” jelas Eka, dalam konferensi pers virtual “Meet the Expert”, Jumat (14/10).
Baca Juga: Kasus Ginjal Akut Capai Angka 152, IDAI Minta Orang Tua Kenali Tanda Bahaya Pada Anak
Oleh karena itu, menurut Eka, pasien yang telah dinyatakan sembuh dari gangguan tersebut tidak perlu menjalani terapi jangka panjang. Ia pun mengatakan bahwa periode pemulihan pada pasien umumnya memakan waktu sekitar 1-3 bulan. Namun, pada sejumlah kasus, pasien justru masih harus melakukan terapi intensif bahkan setelah 3 bulan.
“Jadi ketika, ada pasien yang sudah pulang dari rumah sakit, tetapi masih menjalani terapi, itu ada. Itu, kemudian, umumnya pemulihan setelah di atas tiga bulan. Itu ada yang masih tiga bulan itu masih dalam terapi yang intensif, tapi sudah rawat jalan,” urainya.
Kendati demikian, Eka menggarisbawahi perlunya pemantauan fungsi ginjal secara intens, terhadap anak yang telah dinyatakan sembuh dari gangguan ginjal akut tersebut. Pemeriksaan tersebut, kata Eka, tak dapat hanya dipantau dari sisi kuantitas saja, namun juga pada kandungan dalam urine, dan sejumlah kecenderungan penyerta pasca gangguan.
“Apakah urine-nya, misalnya ada protein, dan lain-lain. Kemudian, apakah ada hipertensi, begitu,” kata Eka.
Baca Juga: Waspada, Ini Gejala Awal Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak
Ia pun menekankan, agar anak-anak yang menjadi penyintas gangguan ginjal akut tetap terjaga dari ancaman hipertensi. Oleh karenanya, apabila kecenderungan itu terjadi, Eka mengatakan bahwa pihaknya akan terus-menerus memberikan obat kepada pasien, untuk menghindarkan pasien dari hipertensi.
Di samping itu, Eka juga melarang para penyintas untuk mengonsumsi garam secara berlebihan. Tak hanya itu, Eka juga menekankan agar para penyintas dapat menjaga kondisinya agar tak mengalami obesitas.
“Kami melakukan edukasi untuk tidak banyak konsumsi garam yang berlebihan. Artinya, garam itu hanya untuk makanan, tetapi tidak ada tambahan makanan-makanan yang asinnya berlebihan. Kemudian juga, tidak boleh obesitas,” terangnya, dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga: Agar Jantung Tetap Sehat, Ini Rekomendasi Ideal untuk Pola Makan
Untuk diketahui, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengidentifikasi total sebanyak 152 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak, terhitung hingga hari ini, Jumat (14/10). Data tersebut diperoleh dari laporan IDAI Cabang di 16 provinsi di seluruh Indonesia.
Mayoritas kasus gangguan ginjal akut tersebut terjadi pada anak dalam rentang usia 1-5 tahun, dengan total kasus sebanyak 75 kasus. Angka itu pun disusul dengan kasus pada rentang usia 0-1 tahun, yang terjadi pada sebanyak 35 pasien.